I.
BUDIDAYA TANAMAN BUNCIS
(Phaseolus vulgaris)
1.1. Latar
Belakang
Buncis
(Phaseolus vulgaris) merupakan
sayuran yang merupakan sumber protein, vitamin dan mineral yang penting. Selain
dikonsumsi dalam bentuk polonngnya, di Afrika dan Amerika latin tajuk dan
daunnya juga dijadikan lalapan. Istilah kacang buncis dimaksudkan sebagai
Phaseolus vulgaris yang buah/polongnya dikonsumsi dalam stadium muda, sedangkan
Phaseolus vulgaris yang dikonsumsi bijinya disebut kacang Jogo
Tanaman buncis dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe merambat (bersifat interdeterminate) dan tipe tegak (berbentuk semak dan bersifat determinate). Kultivar interdeterminate merambat memiliki percabangan yang lebih banyak dan jumlah buku bunga yang lebih banyak, sehingga mempunyai potensi hasil yang lebih besar. Tipe buncis seperti ini panjangnya dapat mencapai 3 meter dan mudah rebah, sehingga memerlukan lanjaran/turus agar dapat tumbuh dengan baik. Tipe tegak umumnya pendek dengan tinggi umumnya tidak lebih dari 60 cm. Harga lanjaran yang mahal di beberapa daerah pertanaman buncis rambatmendorong usaha beralih ke buncis tegak.
Tanaman buncis tegak umumnya dapat tumbuh optimum pada suhu 20-25 oC pada ketinggian 300-600 mdpl, dengan pH 5,8-6. Buncis rambat dapat tumbuh baik pada daerah bersuhu dingin dengan ketinggian 1000-1500 mdpl.. Tanaman ini peka terhadap kekeringan dan genangan, sehingga tanaman ini sebaiknya ditanam pada daerah dengan irigasi dan drainasi yang baik. Tanaman ini sangat cocok tumbuh di tanah lempung ringan dengan drainasi yang baik.
Pada kondisi pertanaman yang optimum tanaman buncis tipe semak/tegak dapat dipanen pada umur 60-70 hari, sedang tipe merambat umumnya memerlukan 10-20 hari lebih lama untuk dapat dipanen. Panen polong dilakukan pada saat polong masih muda dan bijinya kecil belum menonjol ke permukaan polong dan biasanya itu terjadi pada saat 2-3 minggu sejak mekar. Apabila panennya terlambat hasilnya akan meningkat, tetapi kualitasnya cepat menurun karena biji dalam polong berkembang dan menyebabkan permukaan polong bergelombang.Kacang Buncis merupakan sebuah tanaman sejenis sayuran kacang-kacangan yang berasal dari amerika tengah dan amerika selatan . Tanaman inimenyebar luas di berbagai daerah dan negara sehingga tanman ini sangat lah mudah di jumpai dan di temukan di pasaran .
Tanaman buncis dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe merambat (bersifat interdeterminate) dan tipe tegak (berbentuk semak dan bersifat determinate). Kultivar interdeterminate merambat memiliki percabangan yang lebih banyak dan jumlah buku bunga yang lebih banyak, sehingga mempunyai potensi hasil yang lebih besar. Tipe buncis seperti ini panjangnya dapat mencapai 3 meter dan mudah rebah, sehingga memerlukan lanjaran/turus agar dapat tumbuh dengan baik. Tipe tegak umumnya pendek dengan tinggi umumnya tidak lebih dari 60 cm. Harga lanjaran yang mahal di beberapa daerah pertanaman buncis rambatmendorong usaha beralih ke buncis tegak.
Tanaman buncis tegak umumnya dapat tumbuh optimum pada suhu 20-25 oC pada ketinggian 300-600 mdpl, dengan pH 5,8-6. Buncis rambat dapat tumbuh baik pada daerah bersuhu dingin dengan ketinggian 1000-1500 mdpl.. Tanaman ini peka terhadap kekeringan dan genangan, sehingga tanaman ini sebaiknya ditanam pada daerah dengan irigasi dan drainasi yang baik. Tanaman ini sangat cocok tumbuh di tanah lempung ringan dengan drainasi yang baik.
Pada kondisi pertanaman yang optimum tanaman buncis tipe semak/tegak dapat dipanen pada umur 60-70 hari, sedang tipe merambat umumnya memerlukan 10-20 hari lebih lama untuk dapat dipanen. Panen polong dilakukan pada saat polong masih muda dan bijinya kecil belum menonjol ke permukaan polong dan biasanya itu terjadi pada saat 2-3 minggu sejak mekar. Apabila panennya terlambat hasilnya akan meningkat, tetapi kualitasnya cepat menurun karena biji dalam polong berkembang dan menyebabkan permukaan polong bergelombang.Kacang Buncis merupakan sebuah tanaman sejenis sayuran kacang-kacangan yang berasal dari amerika tengah dan amerika selatan . Tanaman inimenyebar luas di berbagai daerah dan negara sehingga tanman ini sangat lah mudah di jumpai dan di temukan di pasaran .
Banyaknya
para petani yang ingin membudidaya dan bercocok tanam buncis ini karena buncis
mengandung banyak protein dan vitamin sehingga tanman ini sangat lah banyak
yang meminatinya selain mengandung itu tanaman ini sangat lah bermanfaat
sebagai obat hipertensi dan diabetes Manfaat lainnya lihat selengkapnya
di Manfaat Buncis Bagi kesehatan
1.2. Jenis-Jenis Buncis
Sedangkan jenis kacang bunci yang dapat di
budidayakann adalah buncis yang sebagai berikut :
- Kacang buncis Berbiji hitam
- Kacang buncis Berbiji merah
1.3. Deskripsi
Tanaman buncis termasuk famili Leguminoceae dan
merupakan tanaman semusim berbentuk perdu. Tanaman buncis memiliki beberapa
sifat botani penting, di antaranya sebagai berikut :
a. Susunan
daunnya merupakan daun majemuk dengan tiga helai daun berbentuk segitiga pada
tiap tangkai daunnya.
b. Tandan bunga
duduk di ketiak daun. Bunganya merupakan bunga sempurna, sehingga bersifat
menyerbuk sendiri.
c. Warna dan
ukuran polong bervariasi. Umumnya, polong berwarna hijau dan lurus memanjang.
d. Warna dan
bentuk biji juga bervariasi yakni putih, kuning, merah, nila, coklat, dan
hitam.
Tipe tanaman buncis di bedakan atas dua tipe
pertumbuhan, yakni tipe merambat dan tipe tegak.
a. Tipe
Merambat
Buncis tipe
ini memiliki sistem pertumbuhan merambat, sehingga memerlukan tiang untuk
merambat. Produksinya berupa polong yang umumnya di petik pada saat masih muda.
Masyarakat umum menyebutnya kacang buncis .
b.Tipe Tegak
Buncis tipe
ini memiliki sitem pertumbuhan yang tegak, tidak merambat. Tingginya sekitar 30
cm – 40 cm. Dikenal sebagai kacang jogo, dikonsumsi dalam bentuk biji,
bukan polongnya.
Sistem perakaran berbagai jenis buncis tidak
besar percabangan lateralnya dangkal. Akar tunggang yang terlihat jelas
biasanya pendek, tetapi pada tanah remah yang dalam, akar dapat tumbuh hingga
sekitar 1 meter. Terdapat juga bakteri Rhizobium, bintil berkembang pada akar
lateral. Bunga berukuran besar dan mudah terlihat, berwarna ungu. Bunga ini
sempurna, memiliki 10 benang sari, bunga
menyerbuk sendiri.
1.4. Taksonomi Tanaman
Kingdom :
Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio :
Spermatophyta
Divisio :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Sub-kelas :
Rosidae
Ordo :
Fabales
Familia :
Leguminoceae
Genus :
Phaseolus
Spesies :
Phaseolus vulgaris L
II.
SYARAT TUMBUH
BUNCIS
2.1. Tanah
Tanaman buncis dapat tumbuh dengan baik pada
dataran tinggi, yaitu sekitar 1.000 - 1.500 meter dari permukaan laut (dpl.). Hasil
uji coba yang dilakukan di PPPG Pertanian Cianjur dengan ketinggian
tempat berkisar antara 300 m – 500 m dpl., tanaman buncis dapat tumbuh
dengan baik dan berproduksi tinggi sehingga tanaman buncis dapat juga tumbuh
baik di dataran rendah. Akan tetapi, tanaman buncis memerlukan perawatan khusus
walaupun tidak sulit (SW.Suwarman Iwan, et al, 1995). Jenis tanah yang
cocok adalah andosol dan regosol karena mempunyai drainase yang baik. Tanah
andosol mempunyai ciri berwarna hitam, kandungan bahan organiknya tinggi,
bertekstur lempung sampai debu, remah, gembur, dan permeabilitasnya sedang.
Tanah regosol biasanya berwarna kelabu, cokelat, dan kuning, bertekstur pasir
sampai berbutir tunggal dan permeabel. Derajat keasaman (pH) yang dikehendaki
untuk pertumbuhan tanaman buncis adalah 5,5 – 6,0.
2.2. Iklim
a. Curah hujan
Tanaman buncis dapat tumbuh dengan baik pada
daerah dengan curah hujan 1.500 - 2.500 mm/th. Tanaman ini paling baik ditanam
pada akhir musim kemarau (menjelang musim hujan) atau akhir musim hujan
(menjelang musim kemarau). Pada saat peralihan, air hujan tidak begitu banyak
sehingga sangat cocok untuk fase pertumbuhan awal tanaman buncis, fase
pengisian, dan pemasakan polong. Pada fase tersebut dikhawatirkan terjadi
serangan penyakit bercak apabila curah hujan terlalu tinggi (Fachruddin Lisdiana, et al,2000).
b. Suhu
Suhu udara yang paling baik untuk pertumbuhan buncis adalah 20°C - 25°C. Pada suhu kurang dari 20 °C tanaman tidak dapat melakukan proses fotosintesis dengan baik, akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan jumlah polong yang dihasilkan akan sedikit. Sebaliknya, pada suhu udara yang lebih tinggi dari 25 °C banyak polong yang hampa. Hal ini terjadi karena proses pernapasan (respirasi) lebih besar dari pada proses fotosintesis pada suhu tinggi.
Suhu udara yang paling baik untuk pertumbuhan buncis adalah 20°C - 25°C. Pada suhu kurang dari 20 °C tanaman tidak dapat melakukan proses fotosintesis dengan baik, akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan jumlah polong yang dihasilkan akan sedikit. Sebaliknya, pada suhu udara yang lebih tinggi dari 25 °C banyak polong yang hampa. Hal ini terjadi karena proses pernapasan (respirasi) lebih besar dari pada proses fotosintesis pada suhu tinggi.
c. Cahaya
Cahaya matahari diperlukan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Umumnya tanaman buncis membutuhkan cahaya matahari yang besar atau sekitar 400 - 800 footcandles. Oleh karena itu, tanaman buncis termasuk tanaman yang tidak membutuhkan naungan.
Cahaya matahari diperlukan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Umumnya tanaman buncis membutuhkan cahaya matahari yang besar atau sekitar 400 - 800 footcandles. Oleh karena itu, tanaman buncis termasuk tanaman yang tidak membutuhkan naungan.
d. Kelembaban Udara
Kelembaban udara yang diperlukan tanaman buncis
sekitar 50% - 60 % (sedang). Kelembaban ini agak sulit diukur, tetapi dapat
diperkirakan dari lebat dan rimbunnya tanaman. Kelembaban yang terlalu tinggi
dapat mempengaruhi terhadap tingginya serangan hama dan penyakit. Beberapa
jenis aphis (kutu) dapat berkembang biak dengan cepat pada kelembaban 70% - 80
%.
III.
BUDIDAYA TANAMAN
BUNCIS
Budidaya tanaman buncis meliputi persiapan benih, pengolahan lahan,
penanaman, pemeliharaan, dan panen.
3.1. Persiapan Benih
Benih yang digunakan untuk penanaman buncis
harus benih yang baik, yaitu berasal dari tanaman induk yang baik pula. Benih
yang baik memenuhi persyaratan tertentu, antara lain mempunyai daya tumbuh
minimal 80 %, bentuknya utuh, bernas, warna mengkilat, tidak bernoda coklat
terutama pada mata bijinya, bebas dari hama dan penyakit, seragam, tidak
tercampur dengan varietas lain, dan bersih dari kotoran dengan kelembapan
relatif 50% - 60%. Kandungan air benih juga sangat menentukan terhadap daya simpan
benih. Kandungan air yang baik untuk benih sekitar 14 %.
3.2. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan
adalah semua pekerjaan yang ditujukan pada tanah untuk menciptakan media tanam
yang ideal, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Pembersihan rumput-rumputan,
penggemburan tanah, dan pembuatan parit -parit drainase adalah termasuk
pengolahan tanah.
Kegiatan pengolahan
tanah dilakukan dengan cara membajak atau mencangkul tanah sedalam 20 cm - 30 cm. Pada
tanah-tanah berat pencangkulan dilakukan sebanyak dua kali dengan jangka waktu
2 - 3 minggu, sedangkan untuk tanah-tanah ringan pencangkulan cukup dilakukan
satu kali saja. Untuk memudahkan kegiatan pemeliharaan perlu dibuat
bedengan-bedengan dengan ukuran panjang 5 m, lebar 1 m, dan tinggi 20 cm. Jarak
antar bedengan 40 - 50 cm. Pada areal yang tidak begitu luas, misalnya lahan pekarangan, tidak perlu
dibuat bedengan tetapi cukup berupa guludan selebar 20 cm, panjang 5 m, tinggi
10 cm - 15 cm, dan jarak
antar guludan 70 cm.
Dalam meningkatkan kesuburan tanah dapat
dilakukan pemupukan dengan pemberian pupuk kandang atau kompos sebanyak 15 - 20
kg/10 m2. Pemberian pupuk
kandang dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah agar lebih gembur,
aerasinya baik, dan drainase optimal. Pupuk anorganik sebagai pupuk dasar dapat
diberikan berupa Urea, TSP, dan KCL masing-masing sebanyak 200 kg, 600 kg, dan
120 kg untuk tiap hektar atau masing-masing 2 gram, 6 gram, dan 1,2 gram pertanaman. Cara
menempatkan pupuk kandang maupun pupuk anorganik adalah dengan menaburkan di
sepanjang larikan.
3.3. Penanaman
Buncis ditanam dengan pola pagar atau barisan karena penanamannya dilakukan
pada bedengan atau guludan. Pada pola ini, jarak antar tanaman lebih sempit
dibandingkan antar barisan. Padapola ini akan lebih memudahkan dalam proses pekerjaan selanjutnya, seperti
pengairan, pemupukan, pembumbunan, dan panen. Jarak tanam yang digunakan adalah
20 x 50 cm, baik untuk tanah datar maupun tanah miring. Apabila kesuburan
tanahnya tinggi, maka sebaiknya menggunakan jarak tanam yang lebih sempit,
yaitu 20 x 40 cm. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari timbuhnya gulma yang
tinggi.
Penentuan jarak tanam ini harus benar-benar diperhatikan karena berhubungan
dengan tersedianya air, hara, dan cahaya matahari. Setelah jarak tanam
ditentukan, maka pekerjaan selanjutnya adalah membuat lubang tanam dengan cara
ditugal. Agar lubang tanam yang dibuat dapat lurus, sebelumnya dapat diberi
tanda dengan ajir, bambu, atau tali. Tempat yang diberi tanda tersebut kemudian ditugal, dengan kedalaman tugal 4 -
6 cm untuk tanah-tanah yang remah dan gembur, dan kedalaman 2 - 4 cm untuk
jenis tanah liat. Hal ini disebabkan karena kandungan air pada tanah liat lebih
tinggi sehingga dikhawatirkan benih membusuk sebelum berkecambah.
Selain yang disebutkan di atas teknik penanaman buncis adalah Untuk tipe
buncis merambat, jarak lubang tanam sebaiknya 20 x 50 cm, 40 x 60 cm, 30 x 40
cm. Sedang untuk tipe tegak adalah 20 x 40 cm dan 30 x 60 cm. Waktu tanam yang
baik adalah awal musim kemarau atau awal musim penghujan. Tetapi tidak menutup
kemungkinan untuk dilakukan sepanjang musim asal pasokan air memadai. Dengan waktu 3-5 hari benih buncis sudah tumbuh. Benih yang
tidak tumbuh ganti (disulam) dengan yang baru. Penyulaman sebaiknya dilakukan
pada saat umur buncis tidak lebih dari 15 hari setelah tanam. Caranya sama
seperti menyulam tanaman kacang panjang. Penyulaman dilakukan apabila yang
perlu disulam sekitar 10%-25 %. Namun
apabila sudah mencapai 40%-50 % maka
tanaman perlu diganti seluruhnya.
3.4. Pemeliharaan
Kegiatan
pemeliharaan meliputi pemupukan, pengairan, pengguludan, pemasangan turus,
pemangkasan, serta pengendalian hama dan penyakit.
a. Pemupukan
Pemupukan
dimaksudkan untuk memberikan tambahan unsur hara bagi tanaman, karena hara yang
disediakan tanah tidak mencukupi untuk pertumbuhan tanaman. Berkurangnya
ketersediaan hara dalam tanah disebabkan adanya proses erosi, pencucian,
evaporasi (penguapan), atau diserap oleh tanaman. Pupuk yang diberikan terdiri
dari pupuk organik dan pupuk kimia. Pupuk organik berupa pupuk kandang atau
kompos dicampur dengan tanah bedengan sebanyak 15 - 20 kg/10 m2.
Pupuk anorganik yang diberikan berupa Urea, SP36, dan KCL masing-masing
sebanyak 200 kg, 250 kg, dan 120 kg untuk tiap hektar.
b. Pengairan
Pengairan perlu dilakukan apabila penanaman dilakukan pada musim kemarau, terutama pada umur 1 - 15 hari setelah tanam. Apabila penanaman dilakukan pada musim hujan, maka yang perlu diperhatikan adalah masalah pembuangan airnya. Kelebihan air dapat disalurkan melalui parit-parit yang telah dibuat diantara bedengan atau guludan.
Pengairan perlu dilakukan apabila penanaman dilakukan pada musim kemarau, terutama pada umur 1 - 15 hari setelah tanam. Apabila penanaman dilakukan pada musim hujan, maka yang perlu diperhatikan adalah masalah pembuangan airnya. Kelebihan air dapat disalurkan melalui parit-parit yang telah dibuat diantara bedengan atau guludan.
c. Pembumbunan
Pembumbunan adalah kegiatan
pengolahan lahan secara ringan di sekitar tanaman dan dilanjutkan dengan
menaikkan tanah sehingga dapat meninggikan bedengan. Pembumbunan ini bertujuan
untuk menahan batang agar tanaman tidak rebah, memperbaiki aerasi dan drainase
tanah, mengendalikan gulma, dan menjadikan perakaran tanaman lebih baik.
d. Pemasangan turus
atau lanjaran


e. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan dengan tujuan untuk memperbanyak cabang-cabang sehingga diperoleh buah yang lebih banyak. Pemangkasan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 dan 5 minggu. Selain untuk memperbanyak cabang, pemangkasan juga ditujukan untuk mengurangi kelembaban sehingga dapat mengurangi perkembangan hama dan penyakit.
Pemangkasan dilakukan dengan tujuan untuk memperbanyak cabang-cabang sehingga diperoleh buah yang lebih banyak. Pemangkasan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 dan 5 minggu. Selain untuk memperbanyak cabang, pemangkasan juga ditujukan untuk mengurangi kelembaban sehingga dapat mengurangi perkembangan hama dan penyakit.


IV.
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
1. Hama Tanaman Buncis:
a. Kumbang Daun
Kumbang daun (Henosepilachna
signatipennis) termasuk ke dalam famili Curculionadae. Bentuk
tubuhnya oval, berwarna merah atau cokelat kekuning-kuningan, panjang antara 6
- 7 mm. Betina bertelur pada permukaan daun bagian bawah sebanyak 20 - 50
butir. Telur berwarna kuning, bentuknya oval, dan panjang 0,5 mm. Setelah 4
atau 5 hari larvanya akan keluar dan dapat memakan daun-daun buncis. Pupa
berbentuk segi empat dan bergerombol pada daun, tangkai, atau batang.
b. Penggerek Polong
Gejala berupa
kerusakan pada polong yang masih muda, bijinya banyak yang keropos. Penyebab
kerusakan adalah ulat Etiella zinckenella yang termasuk ke dalam famili Pyralidae.
Selain menyerang buncis, ulat ini juga merusak tanaman kedelai, kacang panjang,
orok-orok, dan lain-lain.
c. Lalat Kacang
Gejala serangan
berupa adanya lubang-lubang pada daun dengan arah tertentu, yaitu dari tepi
daun menuju tangkai atau tulang daun. Gejala lebih lanjut berupa batang yang
membengkok dan pecah, kemudian tanaman menjadi layu, berubah kuning, dan
akhirnya mati dalam umur yang masih muda. Serangan disebabkan oleh lalat Agromyza
phaseoli yang termasuk ke dalam famili Agromyzidae. Selain buncis,
hama ini juga menyerang kacang panjang, kedelai, kacang hijau, dan kacang gude.
d. Kutu Daun
Gejala serangan
akan lebih jelas terlihat pada tanaman yang masih muda. Apabila serangannya
hebat, maka pertumbuhannya menjadi kerdil dan batangnya memutar. Daun menjadi
keriting dan kadang berwarna kuning. Penyebab serangan adalah Aphis gossypii
yang termasuk ke dalam famili Aphididae. Sifatnya dapat memakan segala
macam tanaman dan tersebar di seluruh dunia. Kutu berwarna hijau tua sampai
hitam atau kuning cokelat. Kutu betina menjadi dewasa setelah 4 - 20 hari,
setelah itu dapat menghasilkan kutu muda sebanyak 20 - 140 ekor. Kutu merusak
bagian tanaman dengan cara menghisap cairan tanaman. Pengendalian secara
alaminya, seperti lembing, lalat, dan jenis dari Coccinellidae.
Pengendalian secara kimia dengan penyemprotan insektisida Rampage100 EC dengan
konsentrasi 1 - 2 ml/liter air.
2. Penyakit Tanaman Buncis
a. Penyakit Antraknosa
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Colletotrichum
lindemuthianum yang termasuk
kedalam famili Melanconiaceae. Apabila cendawan ini telah masuk ke dalam
biji maka dapat bertahan sampai biji tersebut berkecambah dan langsung aktif
membentuk spora hingga akhirnya menginfeksi tanaman buncis dan tanaman lainnya.
Apabila menyerang tangkai atau tulang daun maka daun akan kelihatan layu, demikian pula apabila menyerang
bunga, akan rontok sehingga tidak terbentuk polong. Untuk menghindari penyakit
ini maka perlu dipilih benih yang benar-benar bebas dari penyakit. Selain itu
dapat pula dilakukan perendaman benih dalam fungisida Agrosid 50 SD sebelum
ditanam. Penyemprotan dengan fungisidapun dapat dilakukan, yaitu menggunakan
CabrioTop 60 WG dengan konsentrasi 1-2 g/liter air.
b. Penyakit Embun Tepung
Penyebaran penyakit ini dapat terjadi
melalui bantuan angin atau percikan air hujan. Gejala penyakit ditandai dengan
adanya warna putih keabuan (kelihatan seperti kain beludru) pada bagian daun,
batang, bunga, dan buah.Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Erysiphe
polygoni yang termasuk ke dalam famili Erysiphaceae. Apabila
serangan pada bunga relatif ringan maka polong masih bisa terbentuk. Namun
apabila serangannya berat dapat menggagalkan proses pembuahan, bunga menjadi
kering dan akhirnya mati. Apabila polong yang diserang tidak gugur, namun akan meninggalkan bekas luka
berwarna cokelat suram sehingga menurunkan kualitas. Pengendalian dapat
dilakukan dengan memotong bagian tanaman yang terserang kemudian membakarnya.
Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida Acrobat
50 WP konsentrasi 0,5 - 1 g/liter air.
c. Penyakit Layu
Penyebaran penyakit dapat melalui
aliran air, tanaman yang dipindahkan, atau peralatan yang digunakan sewaktu
pengolahan tanah. Gejala serangan ditandai dengan layunya tanaman, menguning,
dan kerdil. Apabila batang tanaman yang terserang dipotong melintang sehingga akan terlihat warna
cokelat dan apabila dipijit akan keluar cairan berwarna putih. Penyakit ini disebabkan
oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Selain menyerang buncis,
penyemprotan fungisida dapat dilakukan dengan Agrept 20 WP dengan konsentrasi
0,5 - 1 g/liter air.
d. Penyakit
Bercak Daun
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan
Cercospora canescens yang termasuk ke dalam famili Dematiaceae.
Sporanya dapat tersebar melalui air hujan, angin, serangga, alat-alat
pertanian, dan manusia. Spora yang terdapat pada daun-daun tua yang gugur akan
tetap hidup di dalam tanah, sehingga pada penanaman selanjutnya akan terdapat
serangan yang sama. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan penyemprotan
fungisida CabrioTop 60 WG, Polycom 80 WG.
e. Penyakit
Hawar Daun
Hidupnya dapat bertahan beberapa
tahun didalam biji, tanah, dan sisa-sisa tanaman yang sakit. Proses masuknya
bakteri melalui luka bekas gigitan serangga, saluran hidatoda pada tepi daun,
stomata, dan akar tanaman. Gejala ditandai dengan adanya bercak kuning pada
bagian tepi daun dan kemudian meluas menuju tulang daun tengah. Daun terlihat
layu, kering, dan berwarna cokelat kekuning-kuningan dan suhu optimum 30°C.
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris. Bakteri ini
dapat berkembang pada suhu lebih dari 20°C. Apabila serangannya hebat, daun berwarna
kuning seluruhnya dan akhirnya rontok. Gejala kemudian dapat meluas ke batang,
dan lama kelamaan tanaman akan mati. Pengendalian dapat dilakukan dengan
merendam benih dalam Sublimat dengan dosis 1 g/liter air selama 30 menit.
Selain itu, kebersihan lahan harus diperhatikan dengan melakukan penyiangan
secara berkala. Tanaman yang sakit segara dicabut dan dibakar.
V.
PANEN
Pada persiapan panen, yang perlu
dilakukan adalah memeriksa semua alat yang akan digunakan untuk memproses dan
menampung hasil panen, antara lain karung dan lain-lain. Waktu pelaksaan
panen (dalam hari) diupayakan pada pagi hari saat cuaca terang (tidak turun
hujan). Penentuan saat panen berpedoman pada deskripsi masing-masing varietas
buncis. Hal ini diperlukan untuk pelaksaaan panen.
Pemanenan dapat
dilakukan pada saat tanaman berumur 45 hari hingga 80 hari. Polong siap panen
menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut :
·
Warna polong masih agak suram.
·
Permukaan kulitnya agak kasar.
·
Biji dalam polong belum bernas.
·
Polongnya dapat di patahkan dengan mudah.
Pelaksanaan panennya dapat dilakukan secara
bertahap setiap 2 hari sekali. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh polong yang
seragam dalam tingkat kemasakannya. Pemetikan dihentikan pada saat tanaman
berumur 80 hari atau kira-kira setelah dilakukan 9 kali panen.

Kegiatan pasca panen merupakan salah satu kegiatan kunci untuk mendukung keberhasilan
peningkatan produksi dan mutu produk pertanian. Seorang petani bukan saja harus
mampu menghasilkan dan menjual produk, tetapi juga harus mendapatkan kembali
modal yang ditanamnya, serta memperoleh keuntungan yang layak. Kontribusi pasca panen disini adalah mengurangi kehilangan hasil dan meningkatkan daya saing
produk.
![]() |
VI.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim....
2007.Teknis Budidaya Tanaman Buncis.Penebar Swadaya. Jakarta
Setianingsih,
Khaeroddin. 2002. Pembudidayaan Buncis
Tipe
Tegak dan Menjalar. Penebar swadaya.
Jakarta.
Permadi,
A.H., D. Djuariah. 2000. Buncis rambat Horti-
2
dan Horti-3 tahan penyakit karat daun dengan
daya
hasil dan kualitas hasil tinggi. J.Hort.
10(1):82-87.
Evita.
2009. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis Phaseolus vulgaris L. terhadap
Pemberian Pupuk Cair Petrovita. J. Percikan 96: 65-68
Tidak ada komentar:
Posting Komentar