Menanam cabe adalah salah satu kegiatan yang membutuhkan
pengetahuan dan teknik agar mendapatkan hasil yang maksimal. Hama dan penyakit
yang begitu kompleks pada tanaman cabe mengharuskan para petani untuk belajar
dan terus belajar.
Pengamatan
dan pencegahan harus selalu dilakukan, sebab jika terlambat serangan hama dan
penyakit sulit untuk di kendalikan. Penanganan penyakit tanaman cabe sejak dini
adalah cara yang paling tepat untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit
pada tanaman cabe. Sejak penyemaian, persiapan lahan, penanaman, perawatan
sampai masa panen petani harus betul-betul serius mempelajari segala aspek
tentang tanaman cabe.
PENYAKIT
CABE BUSUK BUAH
Untuk
penyakit busuk buah kering (Antraknosa) yang disebabkan cendawan, gunakan
fungisida seperti Antracol. Dosis dan aplikasi masing-masing obat tersebut
dapat dilihat pada labelnya.
Adapun jenis-jenis
penyakit yang banyak menyerang cabai antara lain antraks atau patek yang
disebabkan oleh cendawan Colletotricum capsici dan Colletotricum piperatum,
bercak daun (Cercospora capsici) , dan yang cukup berbahaya ialah keriting daun
(TMV, CMVm, dan virus lainnya).
Gejala
serangan antraks atau patek ialah bercak – bercak pada buah, buah kehitaman dan
membusuk, kemudian rontok.

Gejala
serangan keriting daun adalah:
•
bercak daun ialah bercak-bercak kecil yang akan melebar
•
Pinggir bercak berwama lebih tua dari bagian tengahnya. Pusat bercak ini sering
robek atau berlubang.
•
Daun berubah kekuningan lalu gugur.
•
Serangan keriting daun sesuai namanya ditandai oleh keriting dan mengerutnya
daun, tetapi keadaan tanaman tetap sehat dan segar.
penyakit
cabe kriting daun
Cara
mengatasi kriting pada cabe
Selain
penyakit keriting daun, penyakit lainnya dapat dicegah dengan penyemprotan
fungisida Dithane M 45, Antracol, Cupravit, Difolatan. Konsentrasi yang
digunakan cukup 0,2-0,3%. Bila tanaman diserang penyakit keriting daun maka
tanaman dicabut dan dibakar. Pengendalian keriting daun secara kimia masih
sangat sulit.
Penyakit
layu cabe disebabkan oleh bakteri layu. Penyebaran penyakit layu bakteri dapat
melalui benih, bibit, bahan tanaman yang sakit, residu tanaman, irigasi (air),
serangga, nematoda dan alat-alat pertanian. Bakteri layu biasanya menghebat
pada tanaman cabai di dataran rendah. Gejala kelayuan tanaman cabai terjadi
mendadak, dan akhirnya menyebabkan kematian tanaman dalam beberapa hari
kemudian. Bakteri layu menyerang sistem perakaran tanaman cabai. Bila pangkal batang
cabai yang diserang, dipotong atau dibelah, kemudian direndam dalam gelas
berisi air bening, maka setelah beberapa menit digoyang-goyangkan akan keluar
cairan berwarna coklat susu atau berkas pembuluh batangnya berwarna coklat
berlendir (slime bakteri). Gejala yang dapat diamati secara visual pada tanaman
cabai adalah kelayuan tanaman mulai dari bagian pucuk, kemudian menjalar ke
seluruh bagian tanaman. Daun menguning dan akhirnya mengering serta rontok.
Penyakit bakteri layu dapat menyerang tanaman cabai pada semua tingkatan umur,
tetapi paling peka adalah tanaman muda atau menjelang fase berbunga maupun
berbuah.
Cara
mengatasi penyakit layu cabe
Perlakuan
benih atau bibit sebelum tanam dengan cara direndam dalam bakterisida Agrimycin
atau Agrept 0,5 gr/lt selama 5-15 menit.
Perbaikan
drainase tanah di sekitar kebun agar tidak becek atau menggenang.
Pencabutan
tanaman yang sakit agar tidak menular ke tanaman yang sehat.
Penggunaan
bakterisida Agrimycin atau Agrept dengan cara disemprotkan atau dikocor di
sekitar batang tanaman cabai tersebut yang diperkirakan terserang bakteri P.
solanacearum.
Pengelolaan
(manajemen) lahan, misalnya dengan pengapuran tanah ataupun pergiliran tanaman
yang bukan famili Solanaceae
Layu
Fusarium (Fusarium oxysporum Sulz.)

Layu
Fusarium disebabkan oleh organisme cendawan bersifat tular tanah. Biasanya
penyakit ini muncul pada tanah-tanah yang ber pH rendah (masam). Gejala
serangan yang dapat diamati adalah terjadinya pemucatan warna tulang-tulang
daun di sebelah atas, kemudian diikuti dengan merunduknya tangkai-tangkai daun;
sehingga akibat lebih lanjut seluruh tanaman layu dan mati. Gejala kelayuan
tanaman seringkali sulit dibedakan dengan serangan bakteri layu (P.
solanacearum). Untuk membuktikan penyebab layu tersebut dapat dilakukan dengan
cara memotong pangkal batang tanaman yang sakit, kemudian direndam dalam gelas
berisi air bening (jernih). Biarkan rendaman batang tadi sekitar 5-15 menit,
kemudian digoyang-goyangkan secara hati-hati. Bila dari pangkal batang keluar
cairan putih dan terlihat suatu cincin berwarna coklat dari berkas pembuluhnya,
hal itu menandakan adanya serangan Fusarium.
Cara
mengatasi penyakit layu Fusarium
Perlakuan
benih atau bibit dengan cara direndam dalam larutan fungisida sistemik,
misalnya Benlate ataupun Derosal 0,5-1,0 gr/lt air selama 10-15 menit.
Pengapuran
tanah sebelum tanam dengan Dolomit atau Captan (Calcit) sesuai dengan angka pH
tanah agar mendekati netral.
Pencabutan
tanaman yang sakit agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman yang sehat.
Pengaturan
pembuangan air (drainase), dengan cara pembuatan bedengan yang tinggi, terutama
pada musim hujan.
Penyiraman
larutan fungisida sistemik seperti Derosal, Anvil, Previcur N dan Topsin di
sekitar batang tanaman cabai yang diduga sumber atau terkena cendawan.

Bercak
daun dan buah cabai sering disebut penyakit Antraknose atau “patek”. Penyakit
ini menjadi masalah utama di musim hujan. Disebabkan oleh cendawan Gloesporium piperatum
Ell. et. Ev dan Colletotrichum capsici. Cendawan G. piperatum umumnya menyerang
buah muda dan menyebabkan mati ujung. Gejala serangan penyakit ini ditandai
dengan terbentuknya bintik-bintik kecil kehitaman dan berlekuk, serta tepi
bintik berwarna kuning. Di bagian lekukan akan terus membesar dan memanjang
yang bagian tengahnya berwarna gelap. Cendawan C. capsici lebih sering
menyebabkan buah cabai membusuk. Gejala awal serangan ditandai dengan
terbentuknya bercak coklat-kehitaman pada buah, kemudian meluas menjadi
busuk-lunak. Pada bagian tengah bercak terdapat titik-titik hitam yang
merupakan kumpulan dari konidium cendawan. Serangan yang berat menyebabkan buah
cabai mengkerut dan mengering menyerupai “mummi” dengan warna buah seperti
jerami.
Cara
mengatasi penyakit Cabe Bercak Daun dan Buah cabe
Perlakuan
benih, yaitu direndam dalam larutan fungisida berbahan aktif Benomyl atau
Thiram, misalnya Benlate pada dosis 0,5/lt, ataupun berbahan aktif Captan
(Orthocide) dengan dosis 1 gr/lt. Lamanya perendaman benih antara 4-8 jam.
Pengaturan
jarak tanam yang sesuai sehingga kondisi kebum tidak terlalu lembab. Pada musim
kemarau dapat menggunakan jarak tanam 50 x 70 cm, sedangkan di musim hujan 60 x
70 cm ataupun 65 x 70 cm, baik sistem segi empat atau segi tiga zig-zag.
Pembersihan
(sanitasi) lingkungan yaitu dengan cara menyiang gulma atau sisa-sisa tanaman
yang ada di sekitar kebun agar tidak menjadi sarang hama dan penyakit.
Buah
cabai yang sudah terserang penyakit dikumpulkan, kemudian dimusnahkan (dibakar).
Penyemprotan
dengan fungisida seperti Kasumin 2 cc/lt, Difolatan 4 cc/lt, Phycozan, Dithane
M-45, Daconil, Topsin, Antracol dan Delsen. Fungisida-fungisida tersebut
efektif menekan Antraknosa.
Rotasi
tanaman, yakni pergiliran tanaman yang bukan famili Solanaceae (tomat, kentang,
terung, tambakau). Tujuan rotasi tanaman ini adalah untuk memotong siklus hidup
cendawan penyebab penyakit Antraknosa.
Bercak
Daun Cabe Penyebab penyakit bercak daun adalah cendawan Cercospora capsici.
Gejala serangan penyakit ditandai dengan bercak-bercak bulat kecil
kebasah-basahan. Berikutnya bercak akan meluas dengan garis tengah + 0,5 cm. Di
pusat bercak nampak berwarna pucat sampai putih dengan tepinya berwarna lebih
tua. Serangan yang berat (parah) dapat menyebabkan daun menguning dan gugur,
ataupun langsung berguguran tanpa didahului menguningnya daun. Pengen-dalian
penyakit ini dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan
disemprot fungisida seperti Topsin, Velimek, dan Benlate secara
berselang-seling.
Bercak
Alternaria

Penyebab
penyakit bercak Alternaria adalah cendawan. Gejala serangan penyakit ini adalah
ditandai dengan timbulnya bercak-bercak coklat-tua sampai kehitaman dengan
lingkaran-lingkaran konsentris. Bercak-bercak ini akan membesar dan bergabung
menjadi satu. Serangan penyakit bercak Alternaria dimulai dari daun yang paling
bawah, dan kadang-kadang juga menyerang pada bagian batang. Pengendalian
penyakit bercak Alternaria antara lain dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan
disemprot fungisida seperti Cupravit, Dithane M-45 dan Score, secara
berselang-seling.

Penyakit
busuk daun dapat pula menyebabkan busuk buah cabai. Gejala serangan nampak pada
daun yaitu bercak-bercak kecil di bagian tepinya, kemudian menyerang seluruh
batang. Batang tanaman cabai juga dapat diserang oleh penyakit ini, ditandai
dengan gejala perubahan warna menjadi kehitaman. Buah-buah cabai yang terserang
menunjukkan gejala awal bercak-bercak kebasahan, kemudian meluas ke arah sumbu
panjang, dan akhirnya buah akan terlepas dari kelopaknya karena membusuk.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara pengaturan jarak tanam
yang baik, yaitu di musim hujan idealnya 70 x 70 cm, mengumpulkan buah cabai
yang busuk untuk dimusnahkan, dan disemprot fungisida seperti Sandovan MZ,
Kocide atau Polyram secara berselang-seling.

Virus
Pada tanaman cabe
Penyakit
virus pada tanaman cabai di pulau Jawa dan Lampung ditemukan adanya Cucumber
Mosaic Virus (CMV), Potato Virus Y (PVY), Tobacco Etch Virus (TEV), Tobacco
Mosaic Virus (TMV), Tobacco Rattle Virus (TRV), dan juga Tomato Ringspot Virus
(TRSV).
Gejala
penyakit virus yang umum ditemukan adalah daun mengecil, keriting, dan mosaik
yang diduga oleh TMV, CMV dan TEV. Penyebaran virus biasanya dibantu oleh
serangga penular (vektor) seperti kutu daun dan Thrips. Tanaman cabai yang
terserang virus seringkali mampu bertahan hidup, tetapi tidak menghasilkan
buah.
Pengendalian
penyakit virus pada tanaman cabe
a.
Pemberantasan serangga vektor (penular) seperti Aphids dan Thrips dengan
semprotan insektisida yang efektif.
b.
Tanaman cabai yang menunjukkan gejala sakit dan mencurigakan terserang virus
dicabut dan dimusnahkan.
c.
Melakukan pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman yang bukan famili
Solanaceae.
Pengamatan
Hama & Penyakit Tanaman cabe
a.
Penyakit pada tanaman cabai
·
Rebah semai (dumping off), gejalanya tanaman terkulai karena batang busuk ,
disebabkan oleh cendawan Phytium sp. & Rhizoctonia sp. Cara pengendalian:
tanaman yg terserang dibuang bersama dengan tanah, mengatur kelembaban dengan
mengurangi naungan dan penyiraman, jika serangan tinggi siram GLIO 1 sendok
makan (± 10 gr) per 10 liter air.
·
Embun bulu, ditandai adanya bercak klorosis dengan permukaan berbulu pada daun
atau kotil yg disebabkan cendawan Peronospora parasitica. Cara mengatasi
seperti penyakit rebah semai.
·
Kelompok Virus, gejalanya pertumbuhan bibit terhambat dan warna daun mosaik
atau pucat. Gejala timbul lebih jelas setelah tanaman berumur lebih dari 2
minggu. Cara mengatasi; bibit terserang dicabut dan dibakar, semprot vektor
virus dengan BVR atau PESTONA.
b.
Hama pada tanaman cabai
·
Kutu Daun Persik (Aphid sp.), Perhatikan permukaan daun bagian bawah atau
lipatan
pucuk
daun, biasanya kutu daun persik bersembunyi di bawah daun. Pijit dengan jari
koloni kutu yg ditemukan, semprot dengan BVR atau PESTONA.
·
Hama Thrip parvispinus, gejala serangan daun berkerut dan bercak klorosis
karena cairan daun diisap, lapisan bawah daun berwarna keperak-perakan atau
seperti tembaga. Biasanya koloni berkeliaran di bawah daun. Pengamatan pada
pagi atau sore hari karena hama akan keluar pada waktu teduh. Serangan parah
semprot dengan BVR atau PESTONA untuk mengurangi penyebaran.
·
Hama Tungau (Polyphagotarsonemus latus). Gejala serangan daun berwarna kuning
kecoklatan menggulung terpuntir ke bagian bawah sepanjang tulang daun. Pucuk
menebal dan berguguran sehingga tinggal batang dan cabang. Perhatikan daun
muda, bila menggulung dan mengeras itu tandanya terserang tungau. Cara
mengatasi seperti pada Aphis dan Thrip
Penyakit
Fisiologis Pada tanaman cabe
Merupakan
keadaan suatu tanaman menderita sakit atau kelainan, tetapi penyebabnya bukan
oleh mikroorganisme. Beberapa contoh penyakit fisiologis pada tanaman cabai
yang paling sering ditemukan adalah kekurangan unsur hara Kalsium (Ca), dan
terbakarnya buah cabai akibat sengatan sinar matahari, terutama pada cabai
Paprika. Tanaman cabai yang kekurangan unsur Ca akan menunjukkan gejala pada buahnya
terdapat bercak hijau-gelap, kemudian menjadi lekukan bacah coklat
kehitam-hitaman. Jaringan di tempat bercak menjadi rusak sampai ke bagian dalam
buah. Bentuk buah cabai menjadi pipih dan berubah warna lebih awal (sebelum
waktunya). Biasanya kekurangan Ca pada stadium buah rusak akan diikuti
tumbuhnya cendawan. Usaha pencegahan kekurangan Ca dapat dilakukan dengan cara
pengapuran sewaktu mengolah tanah, diikuti pemupukan berimbang, dan pengairan
kebun secara merata. Bila tanaman cabai atau paprika sedang produktif berbuah
tetapi baru diketahui kekurangan Ca, maka dapat disemprot dengan pupuk daun
yang banyak mengandung unsur Ca, seperti Growmore Kalsium. Cabai paprika tidak
tahan terhadap sinar matahari, sehingga bila mengenai permukaan buah akan menyebabkan
terbakarnya kulit dan bagian dalam buah. Gejala yang nampak di bagian luar
adalah warna kulit buah berubah menjadi keputih-putihan hingga kecoklatan dan
mengkerut. Meskipun tidak menjadi busuk basah, tetapi warna buah menjadi jelek
dan kualitasnya menurun (rendah). Pengendalian terhadap sengatan sinar matahari
adalah melindungi tanaman dengan sungkup beratapkan plastik transparan
(bening). Menurut penelitian, fungsi naungan plastik bening selain dapat
mengurangi (mereduksi) intensitas cahaya matahari, juga dapat mengurangi
tingginya temperatur tanah dan defisit air; sehingga dapat meningkatkan
kelembaban relatif tanah di sekitar pertanaman paprika. Di samping itu,
pengaruh naungan plastik bening dapat meningkatkan hasil (bobot) buah total.

1. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Ulat merupakan jenis hama yang akan
menjadi kupu-kupu yang biasanya meletakkan telur secara berkelompok di atas
daun atau tanaman. Ciri khas dari larva (ulat) grayak ini adalah terdapat
bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris-garis kekuningan pada
sisinya. Larva akan menjadi pupa (kepompong) yang dibentuk di bawah permukaan
tanah. Daur hidup dari telur menjadi kupu-kupu berkisar antara 30 - 61 hari.
Telur akan menetas menjadi ulat (larva), mula-mula hidup berkelompok dan
kemudian menyebar. Menyerang bersama-sama dalam jumlah yang sangat banyak. Ulat
ini memangsa segala jenis tanaman (polifag), termasuk menyerang tanaman cabe.
Serangan ulat grayak terjadi di malam hari, karena kupu-kupu maupun larvanya
aktif di malam hari. Pada siang hari bersembunyi di tempat yang teduh atau di
permukaan daun bagian bawah. Hama ulat grayak merusak di musim kemarau dengan
cara memakan daun mulai dari bagian tepi hingga bagian atas maupun bawah daun
cabe. Serangan hama ini menyebabkan daun-daun berlubang secara tidak beraturan;
sehingga menghambat proses fotosintesis dan akibatnya produksi buah cabe
menurun.
Pengendalian
secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara : mekanis, yaitu
mengumpulkan telur dan ulat-ulatnya dan langsung dibunuh. Secara kultur teknis,
yaitu menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang menjadi
tempat persembunyian hama, serta melakukan rotasi tanaman. Hayati (biologis)
kimiawi, yaitu disemprot dengan insektisida berbahan aktif Bacilus
thuringiensis.

Kutu daun atau sering disebut Aphid
tersebar di seluruh dunia. Hama ini memakan segala jenis tanaman (polifag),
lebih dari 100 jenis tanaman inang, termasuk tanaman cabe. Kutu daun berkembang
biak dengan 2 cara, yaitu dengan perkawinan biasa dan tanpa perkawinan atau
telur-telurnya dapat berkembang menjadi anak tanpa pembuahan (partenogenesis).
Daur hidup hama ini berkisar antara 7 - 10 hari. Hama ini menyerang tanaman
cabe dengan cara mengisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga ataupun bagian
tanaman lainnya. Serangan berat menyebabkan daun-daun melengkung, keriting,
belang-belang kekuningan (klorosis) dan akhirnya rontok sehingga produksi cabe
menurun.


Hama ini menyebabkan buah cabe
mengalami kebusukan. Buah cabe yang diserang lalat buah akan menjadi
bercak-bercak bulat, berlubang kecil dan kemudian membusuk. Buah cabe yang
terserang akan dihuni larva yang menyebabkan semua bagian buah cabe rusak,
busuk, dan berguguran (rontok). Serangga dewasa panjangnya kurang lebih 0.5 cm,
berwarna coklat-tua, dan meletakkan telurnya di dalam buah cabe. Telur tersebut
akan menetas, kemudian merusak buah cabe. Daur hidup hama ini lamanya sekitar 4
minggu, dan pembentukan stadium pupa terjadi di atas permukaan tanah.
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan
cara: kultur teknik, yaitu dengan pergiliran tanaman yang bukan tanaman
inang lalat buah; secara mekanis yaitu dengan memusnahkan buah cabe yang
terserang lalat buah, secara kimiawi yaitu dengan pemasangan perangkap beracun
"metil eugenol" atau protein hydrolisat.


Gejala serangan yang ditimbulkan
oleh thrips adalah awalnya timbul noda-noda keperakan pada daun-daun muda,
akibat adanya luka bekas serangan thrips. Noda-noda keperakan tersebut berubah
menjadi coklat. Serangan berat dapat menyebabkan daun-daun mengeriting ke atas.
Serangga ini mempunyai tipe mulut pemarut dan pengisap. Ia memarut jaringan
daun atau bunga dan mengisap cairan yang keluar dari bagian itu. Serangan pada
bunga sudah mekar akan timbul bercak cokelat. Sedangkan pada bunga masih
kuncup, thrips menyebabkan bunga gagal mekar.
Pengendalian
secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara kultur teknis,
yaitu dengan pergiliran tanaman atau mengatur rotasi tanaman yang bukan
sefamili, dan mengatur waktu tanam yang tepat, menggunakan mulsa plastik hitam
perak pada lahan tanam. Pengendalian secara kimiawi, yaitu dengan disemprot
insektisida berbahan aktif asetat, dimetoat, endosulfat, formothion, karbaril,
merkaptodimetur, dan metomil.

Tungau berukuran sangat kecil,
tetapi bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag). Serangga dewasa
panjangnya + 1 mm, bentuk mirip laba-laba, dan aktif di siang hari.
Siklus hidup tungau berkisar selama 14-15 hari. Tungau menyerang tanaman cabe
dengan cara mengisap cairan sel daun atau pucuk tanaman. Akibat serangannya
dapat menimbulkan bintik-bintik kuning atau keputihan. Serangan yang berat,
terutama di musim kemarau, akan menyebabkan cabe tumbuh tidak normal dan
daun-daunnya keriting. Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan cara
disemprot insektisida.

Penyakit antraknosa atau patek pada tanaman
cabai disebabkan oleh Cendawan/jamur, Colletotrichum
capsici Sydow dan Colletotrichum
gloeosporioides Pens, penyakit antraknosa atau patek ini merupakan
kendala utama petani cabai karena bisa menghancurkan tanaman hingga 90 %
terutama pada saat musim hujan, cendawan penyebab penyakit antraknosa atau
patek ini berkembang dengan sangat pesat bila kelembaban udara cukup tinggi
dengan suhu 32 derajat celsius, biasanya gejala serangan penyakit antraknosa
atau patek pada buah ditandai buah busuk berwarna kuning-coklat seperti terkena
sengatan matahari diikuti oleh busuk basah yang terkadang ada jelaganya berwarna
hitam. Pada tanaman dewasa dapat menimbulkan mati pucuk, infeksi lanjut
ke bagian lebih bawah yaitu daun dan batang yang menimbulkan busuk kering
dengan warna coklat kehitam-hitaman.
Penyakit patek atau antraks
sering kali dijumpai tanaman cabe. Penyakit patek cukup berbahaya dan cepat
menjalar, sehingga mampu menurunkan produktifitas yang signifikan. Penyakit
patek disebabkan oleh cendawan Colletotricum capsici dan Colletotricum
piperatum, bercak daun (Cercospora capsici). Gejala serangan antraks
atau patek ialah bercak‐bercak
pada buah, buah kehitaman dan busuk kering pada buah, dan akhirnya rontok.
Penyakit busuk buah kering yang disebabkan cendawan untuk mengatasinya
dapat menggunakan fungisida. Inti
dari pengendalian penyakit dengan tehnik kami adalah bukan dengan mengandalkan
fungisida tetapi dengan mengupayakan tanaman sehat,berupa buah cabe yang
keras,padat berisi dengan kadar air yang rendah. Semua ini akan kita dapatkan
apabila pola pemupukannya tepat,tidak mengandalkan pupuk/makanan kimia.
Dalam kehidupan kita sehari-hari pun,apabila makanan yang dikonsumsi kebanyakan
dari jenis kimia,maka akibatnya kondisi tubuh menjadi rapuh. Nah …kalau sudah
begini yang terjadi adalah berbagai jenis penyakit mudah sekali
menyerang. Biasanya apabila kondisi ini terjadi maka pengobatan yang
dilakukan adalah obat-obatan kimia,akibatnya…sering kita perhatikan justru
timbulnya penyakit jenis lain (komplikasi).

Penyakit kuning keriting sangat sulit
diberantas, apalagi dihilangkan sampai 0%. Upaya yang dilakukan hanya sebatas
pengendalian risiko, untuk mencapai ambang toleransi penyakit agar tidak
merugikan atau memperkecil kerugian produksi cabe. Gejala penyakit tanaman cabe
pada umumnya berwarna mosaik kuning atau hijau muda mencolok. Kadang-kadang
pucuk menumpuk keriting diikuti dengan bentuk helaian daun menyempit atau
cekung, tanaman tumbuh tidak normal menjadi lebih kerdil dibandingkan dengan
tanaman sehat. Kedua gejala penyakit di atas, kuning dan hijau keriting sering
pula ditemukan secara bersamaan dalam satu varietas pada lahan yang sama.
Penyakit ini diketahui pada beberapa varietas cabe cukup merugikan, hasil panen
berkurang sampai terjadi puso, terutama pada tanaman yang terinfeksi sejak masa
tanaman masih sangat muda. Bercak daun
ialah bercak‐bercak kecil yang akan melebar. Pinggir bercak berwama lebih
tua dari bagian tengahnya. Pusat bercak ini sering robek atau berlubang. Daun
berubah kekuningan lalu gugur. Serangan keriting daun sesuai namanya ditandai
oleh keriting dan mengerutnya daun, tetapi keadaan tanaman tetap sehat dan
segar. Bila tanaman diserang penyakit keriting daun maka tanaman diberikan
fungisida atau dicabut dan dibakar, karena pengendalian keriting daun secara
kimia masih sangat sulit.

Tanaman yang terserang Layu Bakteri
akan menunjukan gejala layu pada batang dan daun tanaman, mulai dari bagian
pucuk, kemudian menjalar ke seluruh bagian tanaman. Daun menguning dan akhirnya
mengering serta rontok dan akhirnya mati. Penyakit layu bakteri dapat menyerang
tanaman cabe pada semua tingkatan umur, tetapi paling peka adalah tanaman muda
atau menjelang fase berbunga maupun berbuah. Pengendalian dapat dilakukan
dengan perbaikan drainase tanah di sekitar kebun agar tidak becek atau
menggenang. Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menular ke tanaman yang
sehat. Penggunaan bakterisida Agrimycin atau Agrept dengan cara disemprotkan
atau dikocor di sekitar batang tanaman cabe tersebut yang diperkirakan terserang
bakteri P. solanacearum. Selain itu juga dapat dilakukan dengan melakukan
pengelolaan (manajemen) lahan, misalnya dengan pengapuran tanah ataupun
pergiliran tanaman yang bukan famili Solanaceae.

Gejala serangan yang dapat diamati
adalah terjadinya pemucatan warna tulang-tulang daun di sebelah atas, kemudian
diikuti dengan merunduknya tangkai-tangkai daun; sehingga akibat lebih lanjut
seluruh tanaman layu dan mati. Gejala kelayuan tanaman seringkali sulit
dibedakan dengan serangan bakteri layu (P. solanacearum). Layu Fusarium
disebabkan oleh organisme cendawan bersifat tular tanah. Biasanya penyakit ini
muncul pada tanah-tanah yang ber-pH rendah (masam). Untuk membuktikan penyebab
layu tersebut dapat dilakukan dengan cara memotong pangkal batang tanaman yang
sakit, kemudian direndam dalam gelas berisi air bening (jernih). Biarkan
rendaman batang tadi sekitar 5-15 menit, kemudian digoyang-goyangkan secara
hati-hati. Bila dari pangkal batang keluar cairan putih dan terlihat suatu
cincin berwarna coklat dari berkas pembuluhnya, hal itu menandakan adanya
serangan Fusarium.
Pengendalian
penyakit layu Fusarium dapat dilakukan dengan berbagai cara pengapuran tanah
sebelum tanam dengan Dolomit atau Captan (Calcit) sesuai dengan angka pH tanah
agar mendekati netral. Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menjadi sumber
infeksi bagi tanaman yang sehat. Pengaturan pembuangan air (drainase), dengan
cara pembuatan bedengan yang tinggi, terutama pada musim hujan. Penyiraman
larutan fungisida sistemik di sekitar batang tanaman cabe yang diduga sumber
atau terkena cendawan. Selain itu dapat diberikan bakterisida jenis Pseudomonas
fluorescens.

5. Bercak Daun (Cercospora
capsici Heald et Wolf)
Penyebab penyakit bercak daun adalah
cendawan Cercospora capsici. Gejala serangan penyakit ditandai dengan
bercak-bercak bulat kecil kebasah-basahan. Berikutnya bercak akan meluas dengan
garis tengah + 0,5 cm. Di pusat bercak nampak berwarna pucat sampai
putih dan pada bagian tepinya berwarna lebih tua. Serangan yang berat (parah)
dapat menyebabkan daun menguning dan gugur, ataupun langsung berguguran tanpa
didahului menguningnya daun. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan
cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot fungisida seperti Topsin, Velimek,
dan Benlate secara berselang-seling.

Penyebab penyakit bercak Alternaria
adalah cendawan. Gejala serangan penyakit ini adalah ditandai dengan timbulnya
bercak-bercak coklat-tua sampai kehitaman dengan lingkaran-lingkaran
konsentris. Bercak-bercak ini akan membesar dan bergabung menjadi satu.
Serangan penyakit bercak Alternaria dimulai dari daun yang paling bawah, dan
kadang-kadang juga menyerang pada bagian batang. Pengendalian penyakit bercak
Alternaria antara lain dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot
fungisida seperti Cupravit, Dithane M-45 dan Score, secara berselang-seling.
7. Busuk Daun dan Buah (Phytophthora
spp)
Penyakit
busuk daun dapat pula menyebabkan busuk buah cabe. Gejala serangan tampak pada
daun yaitu bercak-bercak kecil di bagian tepinya, kemudian menyerang seluruh
batang. Batang tanaman cabe juga dapat terserang penyakit ini, ditandai dengan
gejala perubahan warna menjadi kehitaman. Buah cabe yang terserang menunjukkan
gejala awal bercak-bercak kebasahan, kemudian meluas, dan akhirnya buah akan
terlepas dari kelopaknya karena membusuk. Pengendalian penyakit ini dapat
dilakukan dengan cara pengaturan jarak tanam yang baik, yaitu di musim hujan
idealnya 70 x 70 cm, mengumpulkan buah cabe yang busuk untuk dimusnahkan, dan
disemprot fungisida seperti Sandovan MZ, Kocide atau Polyram secara
berselang-seling.
8. Virus
Penyakit
virus pada tanaman cabe di pulau Jawa dan Lampung ditemukan adanya Cucumber
Mosaic Virus (CMV), Potato Virus Y (PVY), Tobacco Etch Virus
(TEV), Tobacco Mosaic Virus (TMV), Tobacco Rattle Virus (TRV),
dan juga Tomato Ringspot Virus (TRSV). Gejala penyakit virus yang umum
ditemukan adalah daun mengecil, keriting, dan mosaik yang diduga oleh TMV, CMV
dan TEV. Penyebaran virus biasanya dibantu oleh serangga penular (vektor)
seperti kutu daun dan Thrips. Tanaman cabe yang terserang virus seringkali mampu
bertahan hidup, tetapi tidak menghasilkan buah. Pengendalian penyakit virus ini
dapat dilakukan dengan cara : Pemberantasan serangga vektor (penular) seperti
Aphids dan Thrips dengan semprotan insektisida yang efektif. Tanaman cabe yang
menunjukkan gejala sakit dan mencurigakan terserang virus dicabut dan
dimusnahkan. Melakukan pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman yang bukan
famili Solanaceae.
9. Penyakit Fisiologis
Merupakan
keadaan suatu tanaman menderita sakit atau kelainan, tetapi penyebabnya bukan
oleh mikroorganisme. Beberapa contoh penyakit fisiologis pada tanaman cabe yang
paling sering ditemukan adalah kekurangan unsur hara Kalsium (Ca), dan
terbakarnya buah cabe akibat sengatan sinar matahari. Tanaman cabe yang
kekurangan unsur Ca akan menunjukkan gejala pada buahnya terdapat bercak
hijau-gelap, kemudian menjadi lekukan bacah coklat kehitam-hitaman. Jaringan di
tempat bercak menjadi rusak sampai ke bagian dalam buah. Bentuk buah cabe
menjadi pipih dan berubah warna lebih awal (sebelum waktunya). Biasanya
kekurangan Ca pada stadium buah rusak akan diikuti tumbuhnya cendawan. Usaha
pencegahan kekurangan Ca dapat dilakukan dengan cara pengapuran sewaktu
mengolah tanah, diikuti pemupukan berimbang, dan pengairan kebun secara merata.
Bila tanaman cabe sedang masa berbuah tetapi menunjukan gejala kekurangan Ca,
maka dapat disemprot dengan pupuk daun yang banyak mengandung unsur Ca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar