BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengertian Evaluasi menurut
Raudabaugh dalam Yayasan Pengembangan Sinar Tani (2001), mendefinisikan
evaluasi sebagai suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan
dalam meraih tujuan yang direncanakan. Proses ini meliputi tahapan-tahapan
sebagai berikut; merumuskan tujuan, mengidentifikasi kriteria yang cocok untuk
mengukur keberhasilan dan untuk menentukan dan menjelaskan tingkat
keberhasilan.
Sedangkan
Frutchey (1973) dalam Mardikanto (2008), menjelaskan pengertian evaluasi adalah
kegiatan lumrah yang biasa kita lakukan sehari-hari. Dalam semua kegiatan evaluasi terdapat tiga
unsur,yaitu sebagai berikut :
1) Observasi
(pengamatan)
2) Membanding-bandingkan
antara hasil pengamatan dengan pedoman yang telah ditetapkan
terlebih dahulu.
3) Membuat kesimpulan
atau pengambilan keputusan
Menurut
PUSLUH DEPTAN (1995) evaluasi kegiatan penyuluhan pertanian adalah upaya
penilaian atas sesuatu kegiatan oleh evaluator, melalui pengumpulan dan
penganalisaan informasi secara sistematik mengenai perencanaan, pelaksanaan,
hasil dan dampak kegiatan untuk menilai relevansi, efektivitas, efisiensi
pencapaian hasil kegiatan, atau untuk perencanaan dan pengembangan selanjutnya
dari suatu kegiatan. Sedangkan menurut Padmowihardjo (1996) evaluasi penyuluhan
pertanian adalah sebuah proses sistematis untuk memperoleh informasi yang
relevan tentang sejauhmana program tujuan program penyuluhan pertanian disuatu
wilayah dapat dicapai sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan, kemudian
digunakan untuk mengambil keputusan dan pertimbangan-pertimbangan terhadap
program penyuluhan yang dilakukan.
Evaluasi
adalah suatu kegiatan untuk menentukan seberapa jauh suatu hal itu
berharga, bermutu dan bernilai. Jadi dalam evaluasi ada dua unsur
utama yaitu menilai dan mengukur (Thomas,2005).
Evaluasi
Dampak penyuluhan pertanian adalah upaya penilaian terhadap suatu kegiatan,
melalui pengumpulan dan penganalisisan informasi dan fakta-fakta secara
sistematis mengenai perencanaan, pelaksanaan hasil dan dampak kegiatan tersebut,
untuk menilai hasil relevansi, efektivitas dan efisiensi pencapaian hasil
kegiatan. Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Pengolahan dan analisis data
dilakukan oleh petugas penyuluh yang bertugas diwilayah yang bersangkutan.
Prinsip-prinsip
evaluasi yang merupakan acuan dasar dalam melaksanakan evaluasi penyuluhan
pertanian adalah sebagai berikut:
1)
Evaluasi harus berdasarkan fakta
2)
Evaluasi penyuluhan merupakan bagian integral dari proses kegiatan atau program
Penyuluhan
3) Evaluasi hanya dapat dilakukan dalam
hubungannya dengan tujuan dari program
penyuluhan bersangkutan
4) Evaluasi penyuluhan pertanian harus
menggunakan alat ukur yang berbeda, untuk
mengukur tujuan evaluasi yang berbeda
pula.
5)
Evaluasi penyuluhan pertanian
perlu dilakukan terhadap hasil-hasil kuantitatif dan
kualitatif.
6) Evaluasi penyuluhan
pertanian harus dilakukan terhadap metode penyuluhan yang
digunakan.
7) Evaluasi perlu di
pertimbangkan dengan teliti
8) Evaluasi harus
dijiwai dengan prinsip mencari kebenaran
Kegiatan
penyuluhan pertanian dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu sumberdaya manusia dan sumberdaya
alam. Pengembangan sumberdaya manusia sangat ditentukan oleh faktor internal
dan faktor ekternal. Faktor-faktor tersebut akan menyebabkan perbedaan antara
rencana yang akan dicapai dengan hasil sangat nyata, sesuai kondisi yang
mempengaruhinya.Untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan penyuluhan
berdasarkan parameter tertentu yang disusun secara sistimatis dalam bentuk
suatu kajian. Parameter tersebut meliputi :
- Perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan.
- Efektifitas alat bantu dan metode penyuluhan pertanian
- Ketepatan materi penyuluhan pertanian.
- Penyelenggaraan penyuluhan pertanian
Kegunaan
dari evaluasi ini adalah untuk memberikan informasi tentang efektifitas
pelaksanaan dan metode penyuluhan pertanian
kepada petani, sehingga dapat menjadi acuan dan perbaikan dalam
penentuan kebijakan di masa yang akan datang, Evaluasi yang dilakukan dilakukan
pada tiga aspek yaitu evaluasi input yang mencakup Ketepatan kelompok sasaran,
kegiatan penyuluhan pertanian.. Evalusi yang ke dua adalah Evaluasi Dampak yang terdiri dari
dampak langsung dan dampak tidak langsung. Pada dampak langsung mencakup
penguatan modal, penerapan tekhnologi (pupuk dan bibit), pendapatan petani, air
irigasi, kegiatan penyuluhan, pengembangan usaha, perilaku kolektif, dan ketersediaan
kredit. Sedangkan pada dampak tidak langsung mencakup mekanisme pemasaran,
surplus pangan, dan kemitraan usaha.
Adapun
beberapa hal yang ditemukan dalam evaluasi yang dilakukan, secara umum dapat
digambarkan bahwa dengan sebuah input yang baik akan menimbulkan dampak yang
positif. Pemilihan kelompok sangat penting dalam menentukan keberhasilan
program ini, karena kelompok tani adalah instrumen utama yang melaksanakan
program ini. Kelompok tani yang tepat dengan manajemen yang teratur dan tenaga
pemberdaya yang bekerja dengan baik akan memiliki dampak yang baik dalam
pelaksanaan program. Proses pengelolaan dana pada saat dana mulai masuk di
rekening kelompok, baik penggunaan maupun perputaran dana yang dilakukan juga
sangat berpengaruh pada dampak yang ditimbulkan nantinya
B.
Masalah
Evaluasi
dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian di wilayah Bapeluh Kabupaten Blora
diperlukan untuk menelaah setiap hasil kegiatan yang tercantum dalam Programa
Penyuluhan Pertanian Tahun 2010.
Meskipun secara umum kegiatan pernyuluhan pertanian memberikan dampak yang baik
,tetapi masih belum tercapai secara optimal. Khusunya untuk metode penyuluhan
pertanian temu karya, temu usaha dan sekolah lapang
C.
Tujuan
Tujuan
Evaluasi Dampak Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian di wilayah Desa Pembeliangan Kecamatan
Sebuku Kabupaten Nunukan Tahun 2016 adalah sebagai berikut:
- Untuk mengetahui dampak pelaksanaan metode, alat bantu, penyelenggaraan dan perubahan perilaku sasaran.
- Mengurangi resiko kegagalan kegiatan tahun berikutnya.
- Mengetahui mutu Programa penyulah yang telah dilaksanakan.
- Mengembangkan rasa tanggungjawab penyuluh pertanian.
- Memuat
kerangka pedoman atau tindakan untuk memecahkan masalah yang menyebabkan
kegagalan kegiatan penyuluhan pertanian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Tinjauan Pustaka Penyuluhan
pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada petani beserta
keluarganya yang hidup di pedesaan dengan membawa dua tujuan utama yang
diharapkannya. Untuk jangka pendek adalah menciptakan perubahan perilaku
termasuk di dalamnya sikap, tindakan dan pengetahuan, serta untuk jangka
panjang adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat dengan jalan meningkatkan
taraf hidup mereka (Sastraadmadja, 1993). Tujuan penyuluhan pertanian adalah
mengubah perilaku (behavior) petani dan anggota keluarganya yaitu
mengubah pengetahuan, sikap, serta keterampilannya. Perubahan pengetahuan,
sikap, serta keterampilannya. Perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilani
ini akan merupakan “pintu gerbang” terjadinya penghayatan (Characterization,
habitually) dan penerapan (adopsi) dari inovasi (pembaharuan) pertanian
yang disuluhkan atau yang menjadi misinya. Tanpa terjadi perubahan perilaku ini
tidak akan terjadi proses penghayatan atau penerapan dalam diri petani dan
anggota keluarganya. Adapun misi atau pesan penyuluh pertanian adalah bertani
lebih baik (better farming), berusahatani lebih menguntungkan (better
business), hidup lebih sejahtera (better living) dan membentuk
masyarakat tani yang lebih sejahtera (better community) (Padmowiharjdjo.
S, 2001).
Sasaran
penyuluhan pertanian dapat berupa individu, kelompok, maupun organisasi.
Sasaran individu atau perorangan dalam penyuluhan pertanian dapat dicapai
dengan menggunakan metode khusus yaitu melakukan pendekatan secara individu.
Sasaran kelompok dalam penyuluhan pertanian dapat dicapai dengan melakukan
pendekatan secara kelompok, sedangkan untuk mencapai sasaran dalam organisasi
yang lebih besar dapat dilakukan dengan pendekatan massal. Penggunaan metode
ini selain didasarkan pada jumlah sasaran yang ingin dicapai, perlu juga
mempertimbangkan situasi dan kondisi sasaran penyuluhan pertanian. Peningkatan
pengetahuan dilakukan dengan pendekatan massal agar lebih efisien. Untuk
mengubah sikap, pendekatan kelompok dapat memberikan motivasi yang kuat bagi
para petani untuk melaksanakan suatu inovasi, sedangkan untuk meningkatkan
keterampilan, pendekatan perorangan akan lebih efektif (Mardikanto, 1993).
Dalam melakukan penyuluhan, faktor penyampaian (pengkomunikasian) hal-hal yang
disuluhkan adalah amat penting karena itu penyuluh menuntut dipersiapkannya
lebih dahulu suatu disain secara terperinci dan spesifik, yang menggambarkan
hal-hal pokok sebagai berikut :
1.
Masalah yang
dihadapi ?
2.
Siapa yang
akan disuluh ?
3.
Apa tujuan
yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan ?
4.
Apa
pendekatan yang dipakai ?
5.
Metode atau
saluran apa yang dipakai ?
6.
Sistem
evaluasi apa yang ada di dalam rencana keseluruhan kegiatan yang dimaksud ? (Nasution. Z, 1990).
Penyuluhan
pertanian di Indonesia telah mempunyai sejarah yang cukup panjang, yang dimulai
sejak awal abad 20 di masa penjajahan. Penyuluhan bermula dari adanya kebutuhan
untuk meningkatkan hasil pertanian, baik untuk kepentingan penjajah maupun
untuk mencukupi kebutuhan pribumi. Penyuluhan dilandasi pula oleh kenyataan
adanya kesenjangan yang cukup jauh antara praktek-praktek yang dilakukan para
petani di satu pihak dan adanya teknolog-teknologi yang lebih maju dilain
pihak. Kebutuhan peningkatan produksi pertanian diperhitungkan akan dapat
dipenuhi seandainya teknologi-teknologi maju yang ditemukan oleh para ahli
dapat dipraktekkan oleh para petani sebagai produsen primer (Margono. S, 2003).
Secara umum,
peran penyuluh hanya dibatasi pada kewajibannya untuk menyampaikan inovasi dan
mempengaruhi sasaran penyuluhan melalui metoda dan teknik-teknik tertentu
sampai sasaran penyuluhan itu dengan kesadaran dan kemampuannya sendiri
mengadopsi inovasi yang disampaikan. Akan tetapi, dalam pengembangannya, peran
penyuluh tidak hanya terbatas pada fungsi menyampaikan inovasi dan mempengaruhi
proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran penyuluhannya, akan
tetapi, ia harus mampu menjadi jembatan penghubung antara pemerintah atau
lembaga penyuluhan yang diwakilinya dengan masyarakat sasaran, maupun untuk
menyampaikan umpan balik atau tanggapan masyarakat kepada pemerintah/lembaga
penyuluhan yang bersangkutan. Sebab, hanya dengan menempatkan diri pada
kedudukan atau posisi seperti itulah ia akan mampu melaksanakan tugasnya dengan
baik (Mardikanto. T, 1993).
Dengan
adanya jalinan keterkaitan antara penyuluh pertanian dengan petani maka pada
suatu saat nanti didalam menghadapi masala-masalah penyuluhan tidak tergantung
kepada program dari pemerintah semata-mata tetapi merupakan kemandirian petani
itu sendiri. Dengan adanya suatu program yang direncanakan oleh petani dan
terjaminnya dukungan operasional dari aparatur-aparatur penyuluhan pertanian,
penyediaan sarana produksi, pemasaran, pengolahan hasil, permodalan maka dengan
demikian produktivitas usaha tani terus menerus meningkat dan permintaan pasar
terpenuhi dengan kata lain mampu memanfaatkan setiap peluang ekonomi yang
melintas dihadapannya (Suryadi. A, 1995). Ada tiga model penyuluhan pertanian
yang dapat digunakan untuk lesson learned yang pernah dilaksanakan di
indonesia yaitu sebagai berikut:
1.
Sistem kerja
LAKUSUSI (Latihan Kunjungan dan Supervisi)
2.
Sekolah
Lapangan
3.
FMA (Farmers
Manage Activities)
Ada berbagai masalah penyuluhan pertanian yang kita
jumpai sampai saat ini yaitu adalah :
1.
Kelembagaan
2.
Ketenagaan
3.
Kompetisi
Penyuluhan
4.
Kesadaran
penyuluh terhadap perubahan budaya petani
5.
Kebiasaan (habit)
penyuluh
6.
Penyusunan
program
7.
Sarana
8.
Sikap petani
9.
Kepemimpinan
petani
10. Kelembagaan petani
11. Pembiayaan
12. Intensitas kegiatan
13. Perubahan keterkaitan penelitian dan penyuluhan
14. Inovasi
15. Kerjasama SDM
(Soedijanto,
2004). Program penyuluhan yang baik sebaiknya dilakukan berdasarkan kebutuhan
masyarakat yang ada di daerah tersebut (sistem bottom up). Pemerintah
harus mengetahui apa yang menjadi kebutuhan masyarakat lalu kemudian menentukan
program apa yang cocok dilakukan di daerah tersebut. Untuk mengetahui
keberhasilan program penyuluhan, maka diperlukan penelitian secara ilmiah. Ada
beberapa kegunaan evaluasi dilihat dari berbagai sudut pandang yaitu sebagai
berikut:
1.
Kegunaan
bagi kegiatan penyuluhan itu sendiri, yakni:
a. Untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan yang telah
dicapai.
b. Untuk mencari bukti apakah sekuruh kegiatan telah
dilaksanakan seperti yang direncanakan.
c. Untuk mengetahui segala masalah yang muncul/dijumpai
yang berkaitan dengan tujuan yang diinginkan
d. Untuk mengukur efektifitas dan efesiensi sistem kerja
dan metoda-metoda penyuluhan yang telah dilaksanakan.
e. Untuk menarik simpati aparat dan warga masyarakat
bahwa program tersebut memang mendapat perhatian yang sungguh-sungguh sehingga
diharapkan mereka dapat berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan berikutnya.
2.
Kegunaan bagi aparat penyuluhan, yakni meliputi:
a. Penyuluh merasa diperhatikan dan tidak dilupakan,
sehingga memberikan kepuasan psikologis
yang akan mendorong aktivitas penyuluhannya di masa mendatang.
b. Melalui evaluasi, seringkali juga digunakan untuk
melakukan penilaian terhadap aktivitas atau mutu kegiatan penyuluhan itu sendiri,
sehingga berpengaruh dalam menentukan masa depan bagi pengenbangan karier
penyuluh yang bersangkutan.
c. Dengan adanya evaluasi maka penyuluh akan selalu mawas
diri dan berusaha agar kegiatannya berjalan dengan baik sehingga membiasak diri
untuk selalu rajin, tekun dan bertanggung jawab.
3. Kegunaan bagi pelaksana evaluasi, yakni
meliputi:
a. Kebiasaan untuk mengemukakan pendapat berdasarkan data
atau fakta dan bukan didasarkan kepada asumsi atau praduga semata.
b. Kebiasaan bekerja sistematis, sesuai dengan prosedur
dan pedoman yang telah ditetapkan.
c. Memperolah peningkatan pengetahuan dan keterampilan.
(Mardikanto.T, 1993).
Program
adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai
tujuan yang disusun dalam bentuk dan sistematika yang teratur. Program dapat
dihasilkan melalui proses perencanaan program yang diorganisasikan secara sadar
dan terus menerus, untuk memilih kriteria yang terbaik dalam mencapai tujuan.
Rencana kerja adalah pernyataan tertulis yang memuat secara lengkap tentang
apa, mengapa, bagiamana, siapa, bilamana, dimana, dan berapa biaya yang
diperlukan untuk melakukan kegiatan penyuluhan. (Mardikanto dan Sutarni, 1990).
Efektifitas suatu program penyuluhan pertanian harus memenuhi beberapa
persyaratan, persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Penyuluhan pertanian haruslah diberikan di tempat
petani berada.
b.
Materi
penyuluhan bersifat khusus sesuai dengan perhatian dan kebutuhan petani,
contohnya adalah bagaimana menaikkan produksi, bagaimana memperbesar selisih
antara biaya dan penerimaan, bagaimana meningkatkan taraf hidup keluarganya dan
sebagainya.
c.
Mempertimbangkan
kenyataan bahwa petani adalah orang dewasa, sehingga penyuluhan pertanian harus
menggunakan metode yang khusus untuk orang dewasa.
d.
Setiap
teknologi baru yang disampaikan haruslah memungkinkan secara teknis untuk dilakukan
didalam usaha taninya dan secara ekonomi layak untuk diterapkan serta secara sosial dapat diterima oleh masyarakat
setempat (Sinar Tani, 2001).
Evaluasi
Kegiatan Penyuluhan Pertanian adalah upaya penilaian atas sesuatu kegiatan oleh
evaluator melalui pengumpulan dan penganalisaan informasi secara sistematik
mengenai perencanaan, pelaksanaan dan dampak kegiatan untuk menilai relevansi,
efektivitas dan efisiensi pencapaian hasil kegiatan untuk pengembangan
selanjutnya. Tujuan evaluasi pertanian adalah untuk menentukan arah
penyempuranaan kegiatan penyuluhan, memberikan gambaran kemajuan pencapaian
tujuan, perbaikan program dan rencana kerja, mengukur efektifitas metode
penyuluhan yang digunakan. Bagian-bagian program dan rencana kerja yang dapat
dievaluasi yaitu :
a.
Penetapan
Program yang meliputi pengumpulan data situasi, perumusan kebutuhan, perumusan
masalah, perumusan tujuan, penetapan prioritas alternatif pencapaian tujuan dan
partisipasi petani/kontak tani.
b.
Pelaksanaan
Program yaitu meliputi metode dan proses belajar-mengajar, proses pembinaan
sasaran, informasi dan rekomendasi yang diberikan penyuluh, proses dan kualitas
pelaporan serta respon dan partisipasi sasaran penyuluhan.
c.
Hasil
Program yang meliputi kualitas perubahan perilaku yang diharapkan, yakni:
pengetahuan, keterampilan, sikap, penerapan inovasi, dan peningkatan
kesejahteraan petani. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data evaluasi
adalah wawancara langsung menggunakan kuesioner terstruktur untuk data
kuantitatif dan atau menggunakan kuesioner terbuka untuk data kualitatif,
angket (diisi oleh petani sendiri), observasi (pengamatan langsung) untuk
mengukur pembentukan kebiasaan atau keterampilan (Ban dan Hawkins, 1999).
Evaluasi dan
penelitian merupakan tindakan yang dilakukan untuk menentukan apakah program
telah mencapai sasarannya, dan apakah sasaran tersebut dapat dicapai lebih
efektif dengan menggunakan cara lain. Hal ini memungkinkan semua yang terlibat
dalam program penyuluhan dapat berjalan lebih efektif dari pengalaman dengan
melakukan pengamatan yang sistematis serta analisis terhadap pengalamannya (Ban
dan Hawkins, 1999). Sesungguhnya yang menjadi titik berat dalam kegiatan
evaluasi adalah mengetahui apakah jenis kegiatan penyuluhan telah memberi
perubahan baru yang positif pada pengelolaan usaha tani atau tidak perubahan
yang positif dalam pengelolaan usaha tani meliputi perubahan yang mengarah ke
arah perbaikan cara bercocok tanam, cara pemungutan hasil, termasuk perubahan
sarana pertanian yang telah atau sedang dipakai oleh petani (Kartasapoetra,
1994). Menurt Stephen Isaac dan William B. Michael seperti yang dikutip oleh
Lababa (2008), model-model evaluasi dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu :
1.
Goal
Oriented Evaluation
Dalam model
ini, seorang evaluator secara terus-menerus melakukan pantauan terhadap tujuan
yang telah ditetapkan. Penilaian yang terus-menerus ini menilai
kemajuan-kemajuan yang dicapai peserta program serta efektifitas temuan-temuan
yang dicapai oleh sebuah program. Salah satu model yang bisa mewakili model ini
adalah discrepancy model yang dikembangkan oleh Provus. Model ini
melihat lebih jauh tentang ada kesenjangan ( Discrepancy) yang ada dalam
setiap komponen yakni apa yang seharusnya dan apa yang secara riil telah
dicapai.
2.
Decision Oriented Evaluationram.
Dalam model
ini, evaluasi harus dapat memberikan landasan berupa informasi-informasi yang
akurat dan obyektif bagi pengambil kebijakan untuk memutuskan sesuatu yang
berhubungan dengan program. Evaluasi CIPP yang dikembangkan oleh stufflebeam
merupakan salah satu contoh model evaluasi ini. Model CIPP merupakan salah satu
model yang paling sering dipakai oleh evaluator. Model ini terdiri dari 4
komponen evaluasi sesuai dengan nama model itu sendiri yang merupakan singkatan
dari Context, Input, Process dan Product.
3. Transactional Evaluation
Dalam model
ini, evaluasi berusaha melukiskan proses sebuah program dan pandangan tentang
nilai dari orang-orang yang terlibat dalam program tersebut.
4.
Evaluation Research
Sebagaimana
disebutkan diatas, penelitian evaluasi memfokuskan kegiatannya pada penjelasan
dampak-dampak pendidikan serta mencari solusi-solusi terkait engan strategi
instruksional.
5.
Goal Free Evaluation
Model yang
dikembangkan oleh Micheal Scriven ini yakni Goal Free Evaluation Model justru
tidak memperhatikan apa yang menjadi tujuan program sebagaimana model Goal
Oriented Evaluation. Yang harus diperhatikan justru adalah bagaimana proses
pelaksanaan program, dengan jalan mengidentifikasi kejadian-kejadian yang
terjadi salama pelaksanaannya, baik hal-hal yang positif maupun hal-hal yang
negatif.
6.
Adversary Evaluation
Model ini
didasarkan pada prosedur yang digunakan oleh lembaga hukum. Dalam prakteknya,
model adversary terdiri atas empat tahapan yaitu :
a. Mengungkapkan rentangan isu yang luas dengan cara
melakukan survey berbagai kelompok yang terlibat dalam satu program untuk
menentukan kepercayaan itu sebagai isu yang relevan.
b. Mengurangi
jumlah isu yang dapat diukur
c. Membentuk dua tim evaluasi yang berlawanan dan
memberikan kepada mereka kesempatan untuk berargumen.
d. Melakukan sebuah dengar pendapat yang formal. Tim
evaluasi ini kemudian mengemukakan argumen-argumen dan bukti sebelum mengambil
keputusan.
Salah satu
contoh Model Evaluasi Decision Oriented Evaluation adalah Model CIPP (Context,
Input, Process, Product) yang dikembangkan oleh Stufflebeam. Model ini
melihat kepada empat dimensi yaitu Dimensi Konteks, dimensi Input, dimensi
Proses, dan dimensi Produk. Keuniakan model ini adalah pada setiap tipe
evaluasi terkait pada perangkat pengambil keputusan (decission) yang
menyangkut perencanaan dan operasional sebuah program. Keunggulan model CIPP
memberikan suatu format evaluasi yang komprehensif pada setiap tahapan evaluasi
yaitu tahap konteks, masukan, proses dan produk.
Evaluasi
konteks mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan program atau
kondisi obyektif yang akan dilaksanakan. Berisi tentang analisis kekuatan dan
kelemahan obyek tertentu. Stufflebeam menyatakan evaluasi konteks sebagai fokus
institusi yang mengidentifikasi peluang dan menilai kebutuhan. Suatu kebutuhan
dirumuskan sebagai suatu kesenjangan (discrepancy view) kondisi nyata (reality)
dengan kondisi yang diharapkan (ideality). Dengan kata lain evaluasi
konteks berhubungan dengan analisis masalah kekuatan dan kelemahan dari obyek
tertentu yang akan atau sedang berjalan. Evaluasi konteks memberikan informasi
bagi pengambil keputusan dalam perencanaan suatu program yang akan on going.
Selain itu, konteks juga bermaksud bagaimana rasionalnya suatu program.
Analisis ini akan membantu dalam merencanakan keputusan, menetapkan kebutuhan
dan merumuskan tujuan program secara lebih terarah dan demokratis. Evaluasi
konteks juga mendiagnostik suatu kebutuhan yang selayaknya tersedia sehingga
tidak menimbulkan kerugian jangka panjang. Evaluasi input meliputi analisis
personal yang berhubungan dengan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang
tersedia, alternatif-alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk mencapai
suatu program. Mengidentifikasi dan menilai kapabilitas sistem, alternatif
strategi program, desain prosedur untuk strategi implementasi, pembiayaan dan
penjadwalan. Evaluasi masukan bermanfaat untuk membimbing pemilihan strategi
program dalam menspesifikasikan rancangan prosedural. Informasi dan data yang
terkumpul dapat digunakan untuk menentukan sumber dan strategi dalam
keterbatasan yang ada. Pertanyaan yang mendasar adalah bagaimana rencana
penggunaan sumber-sumber yang ada sebagai upaya memperoleh rencana program yang
efektif dan efisien.
Evaluasi
proses merupakan evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan dalam praktek
implementasi kegiatan. Termasuk mengidentifikasi permasalah prosedur baik tata
laksana kejadian dan aktivitas. Setiap aktivitas dimonitor perubahan-perubahan
yang terjadi secara jujur dan cermat. Pencatatan aktivitas harian demikian
penting karena berguna bagi pengambil keputusan untuk menentukan tidak lanjut
penyempurnaan. Disamping itu catatan akan berguna untuk menentukan kekuatan dan
kelemahan atau program ketika dikaitkan dengan keluaran yang ditemukan.
Tujuan utama
evaluasi proses seperti yang dikemukakan oleh Worthen dan Sanders, yaitu :
1.
Mengetahui
kelemahan selama pelaksanaan termasuk hal-hal yang baik untuk dipertahankan
2.
Memperoleh
informasi mengenai keputusan yang ditetapkan
3.
Memelihara
catatan-catatan lapangan mengenai hal-hal penting saat implementasi
dilaksanakan Evaluasi produk merupakan kumpulan deskripsi dan judgement
outcomes dalam hubungannya dengan konteks, input, proses kemudian
diinterpretasikan harga dan jasa yang diberikan. Evaluasi produk adalah
evaluasi mengukur keberhasilan pencapaian tujuan. Evaluasi ini merupakan
catatan pencapaian hasil dan keputusan-keputusan untuk perbaikan dan
aktualisasi. Aktivitas evaluasi produk adalah mengukur dan menafsirkan hasil
yang telah dicapai. Pengukuran dikembangkan dan diadministrasikan secara cermat
dan teliti. Keakuratan analisis akan menjadi bahan penarikan kesimpulan dan
pengajuan saran sesuai standar kelayakan. Secara garis besar, kegiatan evaluasi
produk meliputi kegiatan penetapan tujuan operasional program,
kriteria-kriteria pengukuran yang telah dicapai, membandingkannya antara
kenyataan lapangan dengan rumusan tujuan, dan menyusun penafsiran secara
rasional.
4.
Analisis produk ini diperlukan pembanding
antara tujuan, yang ditetapkan dalam rancangan dengan hasil program yang
dicapai. Hasil yang dinilai berupa skor tes, presentase, data observasi,
diagram data, sosiometri dll, yang dapat ditelesuri kaitannya dengan
tujuan-tujuan yang lebih rinci. Selanjutnya dilakukan analisis kualitatif
tentang mengapa hasilnya seperti itu. Keputusan-keputusan yang diambil dari
penilaian-penilaian implementasi pada setiap tahapan evaluasi program
diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu rendah, moderat dan tinggi. Model
CIPP merupakan model yang berorientasi kepada pemegang keputusan.
Model ini membagi evaluasi dalam
empat macam, yaitu :
a.
Evaluasi
konteks melayani keputusan perencanaan, yaitu membantu merencanakan
pilihan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai dan
merumuskan tujuan program.
b.
Evaluasi
masukan (input) untuk keputusan strukturiasi yaitu menolong mengatur keputusan
menentukan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif yang diambil,
rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, serta prosedur kerja untuk
mencapai tujuan yang dimaksud.
c.
Evaluasi
proses melayani keputusan implementasi, yaitu membantu keputusan sampai sejauh
mana program telah dilaksanakan.
d.
Evaluasi produk
untuk melayani daur ulang keputusan.
(Isaac and Michael, 1981).
BAB III
DASAR PEMIKIRAN
Tujuan dari
penyuluhan pertanian adalah melakukan perubahan pada petani dan keluarganya
yaitu perubahan sikap serta prilaku yang berhubungan dengan masalah-masalah
sosial ekonomi diantaranya berusaha tani yang lebih baik (better farming),
usaha tani yang lebih menguntungkan (better business), kehidupan
keluarga yang lebih layak (better living), masyarakat tani yang lebih
sejahtera (better community) dan lingkungan yang lebih mendukung (better
environment). Program penyuluhan pertanian dibuat dan disusun berdasarkan
kepentingan petani, karena petani memiliki gambaran mengenai program yang
mereka inginkan disesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi mereka (sistem bottom
up). Program penyuluhan pertanian juga dibuat dengan melihat potensi
wilayah binaan yang ada. Petani tergabung dalam kelompok tani yang merupakan
suatu kelembagaan yang dibentuk berdasarkan kepentingan dan kesepakatan bersama
guna mencapai tujuan bersama. Penyuluh dalam menjalankan tugasnya haruslah
memiliki acuan yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugasnya di lapangan.
Acuan yang menjadi pedoman ini disusun secara sistematis dan memiliki tujuan,
baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang yang akan dicapai
setiap pelaksanaan tugasnya. Acuan sistematis yang dijadikan pedoman inilah
yang selanjutnya disebut dengan program penyuluhan pertanian. Dalam pelaksanaan
program penyuluhan pertanian terdapat berbagai masalah yang dihadapi oleh
petani maupun penyuluh sendiri sehingga diperlukan upaya-upaya untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh petani maupun penyuluh tersebut.
Untuk melihat apakah sebuah program yang telah disusun tersebut masih efektif
dilakukan dan sesuai dengan kondisi wilayah binaan, maka diperlukan kegiatan
evaluasi dampak terhadap suatu program tersebut.
Evaluasi ini
sangat diperlukan untuk menilai apakah program tersebut perlu penambahan,
sehingga program yang disusun selanjutnya benar-benar efektif dan dapat
mencapai tujuan yang diinginkan dengan baik. Evaluasi juga diperlukan untuk
menentukan apakah program penyuluhan pertanian berhasil atau tidak berhasil
dalam pelaksanaannya
BAB IV
PELAKSANAAN EVALUASI
DAMPAK PENYULUHAN PERTANIAN
1.
|
Pelaksanaan Evaluasi Dampak
Penyuluhan Pertanian dilakukan di Desa Pembeliangan Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Adapun
secara geografis, Desa Pembeliangan memiliki batas – batas wilayah sebagai
berikut :
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
1.
|
Sebelah utara
berbatasan dengan Desa Kunyit
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
2.
|
Sebelah selatan
berbatasan dengan DesaPembeliangan
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
3.
|
Sebelah
barat berbatasan dengan Desa Apas
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
4.
|
Sebelah
timur berbatasan dengan Kecamatan Sembakung
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Desa
Pembeliangan terletak di Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan, Propinsi
Kalimantan Utara. Keadaan topografi Desa Pembeliangan relatif datar. Tinggi
tempat 103 m dpl dengan rata-rata curah hujan 1.423 mm/th, kisaran suhu antara 22 – 35OC. Luas
lahan Desa Pembeliangan seluruhnya adalah 2.462,62 Ha dengan penggunaan tanah
sebagai berikut: Tanah kering 390 Ha, tegal 70,4 Ha, pekarangan 105,4 Ha dan
sisanya masih berupa hutan..
Desa Pembeliangan terbagi menjadi 10 RT di masing-masing RT
memiliki beberapa kelompok tani Sedangkan untuk Gapoktan mempunyai dua
gapoktan.
Adapun nama kelompoktani yang di jadikan
bahan evaluasi dampak dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian adalahdan
gabungan kelompoktani tersaji pada tabel dibawah ini :
Desa Pembeliangan memberi peluang
banyak tanaman baik tanaman semusim maupun tahunan yang dapat tumbuh di Desa Pembeliangan.
Tentunya dengan potensi sumberdaya alam yang kaya ini diharapkan dapat
memberikan kesejahteraan dan kemakmuran bagi warga . Namun kenyataan di
lapangan masih banyak permasalahan yang terjadi di sektor pertanian yang
dikembangkan di Desa Pembeliangan.
Dilihat secara visual dan beberapa
informasi dari data keadaan lahan di Desa Pembeliangan, Potensi dan Penggunaan lahan
lebih cenderung meningkat dalam
perkembangannya ke komoditas tanaman
perkebunan, peternakan dan disusul dengan sektor perikanan. Sedangkan
kehutanan saat ini kondisinya sangat memprihatinkan karena kurangnya
pengawasan oleh pihak yang berwenang dan ulah oknum yang kurang bertanggung
jawab, serta kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian
hutan.
Pemanfaatan keadaan wilayah Desa Pembeliangan dengan
topografi rendah adalah dengan pengembangan padi ladang sangat berpotensi
dengan sistem tadah hujan yang
ditanami sekali setahun.
Peningkatan pemanfaatan sumberdaya
lokal, komoditas pertanian dan peningkatan ketahanan pangan adalah melalui
peningkatan produksi tanaman sayuran , palawija dan hortikultura. Komoditas
sayuran dataran rendah di Desa Pembeliangan belum
mampu mencukupi kebutuhan pasar lokal, sedangkan untuk komoditas sayuran
dataran tinggi masih mendatangkan dari SP dan daerah lain, hal ini disebabkan
karena Desa Pembeliangan tidak
memiliki wilayah dataran tinggi dan minimnya pengetahuan dan ketrampilan
petani dalam budidaya tanaman sayuran. Tanaman Palawija merupakan komoditas
yang cukup memberikan peningkatan pendapatan petani di Desa Pembeliangan. Sayuran dan
hortikultura selain sebagian
dikonsumsi sendiri juga dapat dikomersilkan yaitu cabe,tomat,buncis, sawi,
kacang panjang, kangkung, pepaya, labu, ubi kayu, ubi jalar.
|
BAB V
HASIL PELAKSANAAN PENYULUHAN PERTANIAN
A. Perubahan Pengetahuan, Sikap dan
Ketrampilan
No
|
Topik
Kegiatan
|
Pengetahuan
|
Sikap
|
Ketrampilan
|
||||||
R
|
S
|
T
|
R
|
S
|
T
|
R
|
S
|
T
|
||
1.
|
Sistem tanam sayuran Bertingkat
|
v
|
v
|
v
|
||||||
2.
|
Penggunaan benih hibrida
|
v
|
v
|
v
|
||||||
3.
|
Penggunaan pestisida (kimia)
|
v
|
v
|
v
|
||||||
4.
|
Penerapan PHT dalam budidaya cabe
|
v
|
v
|
v
|
||||||
5
|
Penggunaan pupuk anorganik
|
v
|
v
|
v
|
||||||
6
|
Pengolahan hasil pertanian
|
v
|
v
|
v
|
||||||
7
|
Pengendalian hama
pada tanaman cabe
|
v
|
v
|
v
|
||||||
8.
|
Penanaman jahe di lahan produksi
|
v
|
v
|
v
|
||||||
9
|
Penanganan hasil panen
|
v
|
v
|
v
|
||||||
10
|
Pemasaran
hasil pertanian
|
v
|
v
|
v
|
||||||
11
|
Pengemasan hasil pertanian
|
v
|
v
|
v
|
||||||
12
|
Penerapan teknologi baru
|
v
|
v
|
v
|
||||||
13
|
Kolam ikan pekarangan
|
v
|
v
|
v
|
||||||
14
|
Pembuatan AD/ART Poktan/Gapoktan
|
v
|
v
|
v
|
||||||
15
|
Pemupukan modal kelompok
|
v
|
v
|
v
|
||||||
Jumlah
|
1
|
9
|
5
|
3
|
12
|
-
|
4
|
7
|
4
|
B. Efektifitas Alat Bantu dan
Metode Penyuluhan Pertanian
No
|
Topik
Kegiatan
|
Alat Bantu
|
Metode
Penyuluhan
|
||||
R
|
S
|
T
|
R
|
S
|
T
|
||
1.
|
Sistem tanam sayuran Bertingkat
|
v
|
v
|
||||
2.
|
Penggunaan benih hibrida
|
v
|
v
|
||||
3.
|
Penggunaan pestisida (kimia)
|
v
|
v
|
||||
4.
|
Penerapan PHT dalam budidaya cabe
|
v
|
v
|
||||
5
|
Penggunaan pupuk anorganik
|
v
|
v
|
||||
6
|
Pengolahan hasil pertanian
|
v
|
v
|
||||
7
|
Pengendalian hama
pada tanaman cabe
|
v
|
v
|
||||
8.
|
Penanaman jahe di lahan produksi
|
v
|
v
|
||||
9
|
Penanganan hasil panen
|
v
|
v
|
||||
10
|
Pemasaran
hasil pertanian
|
v
|
v
|
||||
11
|
Pengemasan hasil pertanian
|
v
|
v
|
||||
12
|
Penerapan teknologi baru
|
v
|
v
|
||||
13
|
Kolam ikan pekarangan
|
v
|
v
|
||||
14
|
Pembuatan AD/ART Poktan/Gapoktan
|
v
|
v
|
||||
15
|
Pemupukan modal kelompok
|
v
|
v
|
||||
Jumlah
|
1
|
8
|
6
|
1
|
7
|
7
|
|
Keterangan :
R =Rendah S
= Sedang T = Tinggi
|
C. Ketepatan
Materi Penyuluhan Pertanian
No
|
Topik
Kegiatan
|
Materi
Penyuluhan
|
||
R
|
S
|
T
|
||
1
|
Sistem tanam sayuran Bertingkat
|
v
|
||
2
|
Penggunaan benih hibrida
|
v
|
||
3
|
Penggunaan pestisida (kimia)
|
v
|
||
4
|
Penerapan PHT dalam budidaya cabe
|
v
|
||
5
|
Penggunaan pupuk anorganik
|
v
|
||
6
|
Pengolahan hasil pertanian
|
v
|
||
7
|
Pengendalian hama pada tanaman cabe
|
v
|
||
8
|
Penanaman jahe di lahan produksi
|
v
|
||
9
|
Penanganan hasil panen
|
v
|
||
10
|
Pemasaran hasil pertanian
|
v
|
||
11
|
Pengemasan hasil pertanian
|
v
|
||
12
|
Penerapan teknologi baru
|
v
|
||
13
|
Kolam ikan pekarangan
|
v
|
||
14
|
Pembuatan AD/ART Poktan/Gapoktan
|
v
|
||
15
|
Pemupukan modal kelompok
|
v
|
||
Jumlah
|
-
|
10
|
5
|
Keterangan :
R =Rendah S = Sedang
T = Tinggi
D. Penyelenggaraan
Penyuluhan Pertanian
No.
|
Topik
Kegiatan
|
Metode
|
Penyelenggaraan
(kali/unit)
|
Penca
paian
(%)
|
|
Rencana
|
Realisasi
|
||||
1.
|
Sistem tanam sayuran Bertingkat
|
Ceramah, diskusi
Demcara
|
5 unit
|
5 unit
|
100
|
2.
|
Penggunaan benih hibrida
|
Ceramah, diskusi
|
5
unit
|
5
unit
|
100
|
3.
|
Penggunaan pestisida (kimia)
|
Ceramah, diskusi
Demcara
|
6
unit
|
6
unit
|
100
|
4.
|
Penerapan PHT dalam budidaya cabe
|
Demplot
PHT
|
3 unit
|
3 unit
|
100
|
5
|
Penggunaan pupuk anorganik
|
Dem cara
|
5
unit
|
3
unit
|
80
|
6
|
Pengolahan hasil pertanian
|
Ceramah, diskusi
Demcara
|
4 unit
|
2 unit
|
50
|
7
|
Pengendalian hama pada tanaman cabe
|
Ceramah, diskusi
|
3 unit
|
2 unit
|
80
|
8.
|
Penanaman jahe di lahan produksi
|
Ceramah, diskusi
Demplot
|
2 unit
|
2 unit
|
100
|
9
|
Penanganan hasil panen
|
Ceramah, diskusi
|
8 unit
|
6 unit
|
75
|
10
|
Pemasaran hasil pertanian
|
Diskusi, ceramah
Demcara
|
5 unit
|
5 un it
|
100
|
11
|
Pengemasan hasil pertanian
|
Ceramah, diskusi, Demcara
|
2 unit
|
2 unit
|
100
|
12
|
Penerapan teknologi baru
|
Ceramah, diskusi; Demplot
|
2 unit
|
2 unit
|
100
|
13
|
Kolam ikan pekarangan
|
Dem plot
|
5 unit
|
3 unit
|
60
|
14
|
Pembuatan AD/ART Poktan/Gapoktan
|
Ceramah, Diskusi Kunjungan
|
2 unit
|
1 unit
|
50
|
15
|
Pemupukan modal kelompok
|
Ceramah, Diskusi
|
2 unit
|
1 unit
|
50
|
BAB VI
PENYAMPAIAN TEKNOLOGI PENYULUHAN DILUAR PROGRAMA
PENYULUHAN PERTANIAN
No
|
Judul Materi
|
Bentuk Materi
|
Metode
|
Volume (kali)
|
1.
|
5 Konsep Pemupukan sawit
|
brosur
|
Kunjungan
|
5
|
2.
|
Budidaya Melon
|
brosur
|
Kunjungan
|
2
|
3.
|
Pestisida Nabati dan cara pembuatannya
|
brosur
|
Kunjungan
|
6
|
4
|
Budidaya Kacang Tanah
|
brosur
|
Kunjungan
|
2
|
5
|
Budidaya Tanaman Jeruk
|
brosur
|
Kunjungan
|
2
|
6
|
Siaran Radio di LPP RRI Nunukan
|
Naskah
|
Kunjungan
|
7
|
7
|
Teknik Budidaya Tomat
|
brosur
|
Kunjungan
|
14
|
8.
|
Apa Itu Pestisida
|
brosur
|
Kunjungan
|
4
|
9.
|
Standar
Kematangan buah sawit
|
brosur
|
Kunjungan
|
10
|
10
|
Metode Pengendalian gulma sawit
|
brosur
|
Kunjungan
|
10
|
11
|
Mengenali hama dan penyakit sawit
|
brosur
|
Kunjungan
|
10
|
12
|
Antisipasii Iklim ektrim
|
Modul
|
Kunjungan
|
1
|
13
|
Budidaya Tanaman Semangka
|
Liptan
|
Kunjungan
|
3
|
14
|
Kemitraan dalam penjualan sayuran
|
Modul
|
Kunjungan
|
5
|
15
|
Pembuatan pupuk organik
|
Liptan
|
Kunjungan
|
3
|
16
|
Penggunaan pestisida
|
Liptan
|
Kunjungan
|
10
|
17
|
Penyusunan Rencana Keja Kelompoktani/Gapoktan
|
modul
|
Kunjungan
|
2
|
18
|
Penumbuhan Kelompoktani
|
modul
|
Kunjungan
|
4
|
19
|
Pembukuan Keuangan kelompoktani
|
modul
|
Kunjungan
|
2
|
BAB VII
PEMBAHASAN
A.
Dampak Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Ketrampilan
1.
Pengetahuan
Perubahan pengetahuan petani dari 15 kegiatan katagori rendah sebanyak 1, sedang sebanyak 9,
tinggi sebanyak 5 jadi secara umum
dampak perubahan pengetahuan petani pada kegiatan ini mencapai 60 %
2.
Sikap
Perubahan sikap petani
dari 15 kegiatan masuk katagori rendah sebanyak 3, sedang sebanyak
12 jadi secara umum dampak perubahan
sikap petani pada kegiatan ini mencapai 80 %
3.
Ketrampilan
Perubahan Ketrampilan petani dari 15 kegiatan masuk katagori rendah
sebanyak 4, sedang sebanyak 7, tinggi sebanyak
4 jadi secara umum Kegiatan ini
mencapai 47 %
B.
Dampak Efektifitas Alat bantu dan Metode Penyuluhan
Pertanian
1. Efektifitas Alat Bantu.
Efektifitas alat bantu penyuluhan pertanian secara
umum dari 15 kegiatan termasuk dalam
katagori sedang sebanyak 8 kegiatan atau 53 %. Dan masuk katagori tinggi
sebanyak 6 kegiatan atau 40 % .Jadi alat bantu berupa Buku Budidaya pertanian ( Leaflet, Liptan, Brosur dan
lain-lain sangat efektif sebagai alat bantu dalam penyuluhan pertanian
2. Efektifitas Metode Penyuluhan
Efektifias metode penyuluhan pertanian secara umum
dari 15 kegiatan termasuk katagori sedang sebanyak 7 kegiatan atau 47 %.dan
masuk katagori tinggi sebanyak 7 kegiatan atau 47 %. Metode penyuluhan kunjungan,
tatap muka kepada petani dan tatap muka kepada kelompoktani sangat efektif
sebagai metode penyuluhan pertanian.
C.
Dampak Ketepatan Materi Penyuluhan Pertanian
Berdasarkan bentuk dan sifat materi disesuaikan dengan topik kegiatan.
Secara umum dari 15 kegiatan masuk katagori sedang sebanyak 10 kegiatan atau 67
%. Bentuk materi penyuluhan yang terbanyak berupa Brosur dan Lembar Informasi
Pertanian (Liptan). Komposisi judul
penyuluhan pertanian antara sub sektor pertanian tanaman pangan,sub sektar tanaman
Hortikultura, dan sub sektor Perikanan
disesuaikan dengan kondisi wilayah binaan dan komoditas yang diusahakan petani.
D. Dampak penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian
Berdasarkan aspek penyelenggaraan
penyuluhan pertanian yang telah direncakan berjumlah 59 kali dan yang terealisasi
mencapai 48 kali atau 81,3 % maka dampak penyelenggaran penyuluhan pertanian
mendapatkan respon dan dukungan dari petani cukup besarnsehingga
penyelenggaraan penyuluhan pertanian berjalan lancer..
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah dikaji berdasarkan krteria
evaluasi hasil kegiatan penyuluhan pertanian diwilayah Desa
Pembeliangan Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan sebagai berikut :
1.
Pelaksanaan
penyuluhan pertanian berdasarkan Programa penyuluhan Pertanian tahun 2016 dapat
dijalankan dengan baik terlihat dari perubahan pengetahuan petani mencapai 60%,
perubahan sikap 80% dan perubahan ketrampilan 47 %.
2.
Dengan
memperhatikan hasil penyelenggaraan penyuluhan pertanian yang tercapai 81,3 % maka
penyelenggaraan penyuluhan pertanian berjalan lancar walaupun masih ada yang
belum terlaksana dan ini akan menjadi bahan evaluasi dan kegiatan penyuluhan
pertanian yang belum bisa dilaksanakan akan menjadi rencana tindaklanjut tahun
2017.
3.
Ada beberapa
kegiatan yang tidak direncanakan dalam programa penyuluhan pertanian tapi dapat
dilaksanakan dengan baik
4.
Dukungan
aparat Pemerintahan belum kuat,terutama masalah dana atau biaya.
B. Saran
Dengan memperhatikan aspek
penyelenggaraan penyuluhan pertanian terlihat sebagian besar metode penyuluhan
pertanian belum dengan efektif, dan efisien. Hal – hal diperlukan adalah :
- Pelatihan atau kursus bagi pemuda tani dengan topik yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan.
- Metode Temu Usaha ,Temu Karya ,Sekolah lapang, Kursus tani harus dikembangkan dan didukung dana /anggaran dari APBN maupun APBD
- Metode Demplot, Demfarm, Demcara Area, Demcara harus makin dikembangkan dan didukung anggaran APBN maupun APBD
- Fasilitas dari Stakeholder ( Dinas Pertanian Perkebunan dan Perikanan) untuk program yang berhubungan dengan kemitraan (perusahaan dan perbankan).
- Dukungan sarana dan prasarana penyuluh belum memadai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar