Selasa, 03 Januari 2017

BUDIDAYA KOL/KUBIS DI DESA PEMBELIANGAN KEC.SEBUKU KAB. NUNUKAN KALIMANTAN UTARA


  

I. PENDAHULUAN
1.1. Sejarah Singkat
Kol atau kubis merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae berupa tumbuhan berbatang lunak yang dikenal sejak jaman purbakala (2500-2000 SM) dan merupakan tanaman yang dipuja dan dimuliakan masyarakat Yunani Kuno.
Mulanya kol merupakan tanaman pengganggu (gulma) yang tumbuh liar disepanjang pantai laut Tengah, di karang-karang pantai Inggris, Denmark dan pantai Barat Prancis sebelah Utara. Kol mulai ditanam di kebun-kebun Eropa kira-kira abad ke 9 dan dibawa ke Amerika oleh emigran Eropa serta ke Indonesia abad ke 16 atau 17. Pada awalnya kol ditanam untuk diambil bijinya.
1.2. Sentra Penanaman
Kol banyak ditanam di dataran tinggi dengan sentra terdapat di Dieng, Wonosobo, Tawangmangu, Kopeng, Salatiga, Bobot Sari, Purbalingga, Malang, Brastagi, Argalingga, Tosari, Cipanas, Lembang, Garut, Pengalengan dan beberapa daerah lain di Bali, Timor Timur, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya, tetapi beberapa varietas dapat ditanam di dataran rendah.
1.3. Jenis Tanaman
Berdasarkan klasifikasinya, kol/kubis termasuk dalam:
a) Divisi : Spermatophyta
b) Sub Divisi : Angiospermae
c) Klas : Dicotyledonae
d) Famili : Cruciferae
e) Genus : Brassica
f) Spesies : Brassica oleracea
Dari klasifikasi ini turunlah varietas-varietas tanaman kol yang dibudidayakan, berikut ini merupakan kol varietas unggul:
1. Kubis putih (B.o. var. capitata L. f.alba DC.)
1. Kubis kepala bulat: krop bulat dan kompak, ukuran daun kecil sampai sedang, mempunyai daun luar berwarna hijau muda, memiliki teras atau hati kecil dan mempunyai batang pendek. Beberapa varietas unggul kubis putih kepala bulat:
- Globe Master: umur panen 75 hari, produksi 2-2,5 kg/tanaman
- Emerald Cross Hybrid: umur panen 45 hari, produksi 1,2 kg/tanaman
- Copenhagen Market: umur panen 72 hari, produksi 1,8-2 kg/tanaman
- K-K Cros: umur panen 58 hari, produksi 1,6 kg/tanaman
-Investor umur panen 75 hari produksi 1,6 – 2 kg
- Green Cup: umur panen 73 hari, produksi 1,5 kg/tanaman
- Ecarliana: umur panen 60 hari, produksi 1 kg/tanaman
2. Kubis kepala bulat runcing: Krop kubis berbentuk bulat dengan ujung bagian atas meruncing sehingga nampak berbentuk elips. Contoh varietas komersial:
- Early Jersey Wakefield: umur panen 63 hari, produksi 1 kg/tanaman
- Green point: umur panen 50 hari, produksi 1 kg/tanaman
3. Kubis kepala bulat datar: Krop kubis berbentuk bulat, bagian atasnya mendatar dan nampak gepeng (baca "kol gepeng", krop kurang kompak dan berongga, ukuran sedang sampai besar dan memiliki daun luar yang melengkung ke arah dalam menutupi kepala. Beberapa jenis komersial adalah:
- Premium Flat Dutch: umur panen 100 hari, produksi 4,5 kg/tanaman.
- Early Flat Dutch: umur panen 83 hari, produksi 2,4-2,7 kg/tanaman.
- O-S Cross: umur panen 80 hari, produksi 2 kg/tanaman.
- Surehead: umur panen 93 hari, produksi 3-4,5 kg/tanaman.
- Kubis 632 Spring Light: umur panen 65 hari, produksi 1,8 kg/tanaman.
- Kubis 633 Summer Autumn: umur panen 60 hari, produksi 2 kg/tanaman.
- Kubis 634 Good Season: umur panen 45 hari, produksi 1,8 kg/tanaman.
- Kubis 635 Summer Summit: umur panen 50 hari, produksi 2 kg/tanaman.
- Kubis 636 Tropical Delight: umur panen 50-55 hari, produksi 2 kg/tanaman.
- Kubis 637 Summit: umur panen 50 hari, produksi 1,5 kg/tanaman.
2. Kubis merah (B.o. var. capitata L. f. rubra.)
Krop berbentuk bulat kompak berwarna merah keunguan dan permukaan luar daun tertutup lapisan. Beberapa varietas yang mempunyai nilai ekonomi:
- Ruby perfection: warna krop merah cerah, umur panen 80 hari, produksi 1,6 kg/tanaman.
- Mammoth Red Rock: warna krop merah tua keunguan dan keras, umur panen 100 hari, produksi 3,4 kg/tanaman.
- Rubby ball: warna krop merah tua, umur panen 65 hari, produksi 1,5 kg/tanaman.
- Res Acre: warna krop merah tua, umur panen 76 hari, produksi 1,8 kg/tanaman.
3. Kubis Savoy (B.o. var. sabauda L.)
Ciri-ciri memiliki daun keriting berbentuk babad/perut daging sapi, berwarna hijau, krop berbentuk bermacam-macam, bulat dan kerucut. Kubis ini biasa disebut kubis keriting/kubis babat. Contoh beberapa varietas komersial:
- Perfection Drumhead: umur panen 90 hari, produksi 2,7-3,2 kg/tanaman.
- Vorbote: produksi 1-2 kg/tanaman.
- Savoy King Hybrid: umur panen 80 hari, produksi 1,8 kg/tanaman.
- Savoy Ace: umur panen 80 hari, produksi 1,6 kg/tanaman.
- Langedijk Early Yellow: produksi 1,5-2 kg/tanaman.
- Langedijk Storage Yellow: produksi 2-3 kg/tanaman.
Selain jenis kubis diatas masih terdapat jenis lain yang cukup komersial yaitu kubis brussel (B.o. var. gemmivera DC.).
1.4. Manfaat Tanaman
Sebagai bahan pangan untuk keperluan masakan seperti sup, sayur lodeh, pecel, lotek dan lain-lain atau dimakan langsung (lalapan) bersama menu lain. Manfaat lain dapat dibuat produk makanan instan seperti mie, makanan ringan dan makanan cepat saji lainnya.
Di bidang kesehatan, dapat digunakan sebagai pencegah dan obat sariawan, penyakit beri-beri, penyakit Xerophthalmia, radang syaraf, lemahnya otot-otot, luka-luka pada tepi mulut, dermatitis bibir menjadi merah dan radang lidah, kandungan niacin dapat mencegah penyakit palagra dan pembentuk tulang dan gigi.

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
2.1.1 Pengaruh angin dirasakan pada evaporasi lahan dan evapotranspirasi tanaman. Laju angin yang tinggi dalam waktu lama (kontinyu) mengakibatkan keseimbangan kandungan air antara tanah dan udara terganggu, tanah kering dan keras, penguraian bahan-bahan organik terhambat, unsur hara berkurang dan menimbulkan racun akibat tidak ada oksidasi gas-gas beracun di dalam tanah.
2.1.2 Disebutkan jumlah curah hujan 80% dari jumlah normal (30 cm) memberikan hasil rata-rata 12% dibawah rata-rata normal.
2.1.3 Stadia pembibitan memerlukan intensitas cahaya lemah sehingga memerlukan naungan untuk mencegah cahaya matahari langsung yang membahayakan pertumbuhan bibit. Sedangkan pada stadia pertumbuhan diperlukan intensitas cahaya yang kuat, sehingga tidak membutuhkan naungan
2.1.4. Tanaman kubis dapat hidup pada suhu udara 10-24 derajat C dengan suhu optimum 17 derajat C. Untuk waktu singkat, kebanyakan varietas kubis tahan dingin (minus 6-10 derajatC), tetapi untuk waktu lama, kubis akan rusak kecuali kubis berdaun kecil (<3> 9), merupakan racun bagi akar-akar tanaman.
2.1.5. Kandungan air tanah yang baik adalah pada kandungan air tersedia, yaitu pF antara 2,5-4. Dengan demikian lahan tanaman kol memerlukan pengairan yang cukup baik (irigasi maupun drainase).
2.2. Ketinggian Tempat
Tanaman kubis dapat tumbuh optimal pada ketinggian 80-200 m dpl. Untuk varietas dataran rendah, dapat tumbuh baik pada ketinggian 100-200 m dpl.



III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Benih
Benih yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Benih utuh, artinya tidak luka atau tidak cacat.
b) Benih harus bebas hama dan penyakit.
c) Benih harus murni, artinya tidak tercampur dengan biji-biji atau benih lain serta bersih dari kotoran.
d) Benih diambil dari jenis yang unggul atau stek yang sehat.
e) Mempunyai daya kecambah 80%.
f) Benih yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air.
3.1.2. Penyiapan Benih
Penyiapan benih dimaksudkan untuk mempercepat perkecambahan benih dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit. Cara-cara penyiapan adalah sebagai berikut:
1. Sterilisasi benih, dengan merendam benih dalam larutan fungisida dengan dosis yang dianjurkan atau dengan merendam benih dalam air panas 55 derajat C selama 15-30 menit.
2. Penyeleksian benih, dengan merendam biji dalam air, dimana benih yang baik akan tenggelam.
3. Rendam benih selama ± 12 jam atau sampai benih terlihat pecah agar benih cepat berkecambah.
Kebutuhan benih per hektar tergantung varietas dan jarak tanam, umumnya dibutuhkan 300 gram/ha.
Benih harus disemai dan dibumbun sebelum dipindahtanam ke lapangan. Penyemaian dapat dilakukan di bedengan atau langsung di bumbung (koker). Bumbung dapat dibuat dari daun pisang, kertas makanan berplastik atau polybag kecil.
3.1.3. Teknik Penyemaian Benih
Hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi persemaian antara lain: (1) tanah tidak mengandung hama dan penyakit atau faktor-faktor lain yang merugikan; (2) lokasi mendapat penyinaran cahaya matahari cukup; dan (3) dekat dengan sumber air bersih.
Penyemaian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Penyemaian di bedengan
Sebelum bedengan dibuat, lahan diolah sedalam 30 cm lalu dibuat bedengan selebar 110-120 cm memanjang dari arah utara ke selatan. Tambahkan ayakan pupuk kandang halus dan campurkan dengan tanah dengan perbandingan 1:2 atau 1:1. Bedengan dinaungi dengan naungan plastik, jerami atau daun-daunan setinggi 1,25-1,50 m di sisi timur dan 0,8-1,0 m di sisi Barat. Penyemaian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu disebar merata di atas bedengan atau disebar di dalam barisan sedalam 0,2-1,0 cm. Cara pertama memerlukan benih yang lebih sedikit daripada cara kedua. Sekitar 2 minggu setelah semai, bibit dipindahkan ke dalam bumbung. Bumbung dapat dibuat dari daun pisang atau kertas berplastik dengan ukuran diameter 4-5 cm dan tinggi 5 cm atau berupa polibag 7x10 cm yang memiliki dua lubang kecil di kedua sisi bagian bawahnya. Bumbung diisi media campuran ayakan pupuk kandang matang dan tanah halus dengan perbandingan 1:2 atau 1:1. Keuntungannya adalah hemat waktu, permukaan petak semaian sempit dan jumlah benih persatuan luas banyak. Sedangkan kelemahannya adalah penggunaan benih banyak, penyiangan gulma sukar, memerlukan tenaga kerja terampil terutama saat pemindahan bibit ke lahan.
2. Penyemaian di bumbung (koker atau polybag)
Dengan cara ini, satu per satu benih dimasukkan ke dalam bumbung yang dibuat dengan cara seperti di atas. Bumbung dapat terbuat dari daun pisang atau daun kelapa dengan ukuran diameter dan tinggi 5 cm atau dengan polybag kecil yang berukuran 7-8 cm x 10 cm. Media penyemaian adalah campuran tanah halus dengan pupuk kandang (2:1) sebanyak 90%. Sebaiknya media semai disterilkan dahulu dengan mengkukus media semai pada suhu udara 55-100 derajat C selama 30-60 menit atau dengan menyiramkan larutan formalin 4%, ditutup lembar plastik (24 jam), lalu diangin-anginkan. Cara lain dengan mencampurkan media semai dengan zat fumigan Basamid-G (40-60 gram/m2) sedalam 10-15 cm, disiram air sampai basah dan ditutup dengan lembaran plastik (5 hari), lalu plastik dibuka, dan lahan diangin-anginkan (10-15 hari).
3. Kombinasi cara a) dan b).
Pertama benih disebar di petak persemain, setelah berumur 4-5 hari (berdaun 3-4 helai), dipindahkan ke dalam bumbung.
4. Penanaman langsung.
Yaitu dengan menanam benih langsung ke lahan. Kelebihannya adalah waktu, biaya dan tenaga lebih hemat, tetapi kelemahannya adalah perawatan yang lebih intensif.
Lahan persemaian dapat diganti dengan kotak persemaian dan dilakukan dengan cara sebagai berikut;
1. Buat medium terdiri dari tanah, pasir dan pupuk kandang (1:1:1).
2. Buat kotak persemaian kayu (50-60 cm x 30-40 cm x 15-20 cm) dan lubangi dasar kotak untuk drainase.
3. Masukkan medium kedalam kotak dengan tebalan 10-15 cm.
3.1.4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
1. Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari tergantung cuaca.
2. Pengatur naungan persemaian dibuka setiap pagi hingga pukul 10.00 dan sore mulai pukul 15.00. Diluar waktu diatas, cahaya matahari terlalu panas dan kurang menguntungkan bagi bibit.
3. Penyiangan dilakukan terhadap tanaman lain yang dianggap mengganggu pertumbuhan bibit, dilakukan dengan mencabuti rumput-rumput/gulma lainnya yang tumbuh disela-sela tanaman pokok.
4. Dilakukan pemupukan larutan urea dengan konsentrasi 0,5 gram/liter dan penyemprotan pestisida ½ dosis jika diperlukan.
5. Hama yang menyerang biji yang belum tumbuh dan tanaman muda adalah semut, siput, bekicot, ulat tritip, ulat pucuk, molusca dan cendawan. Sedangkan, penyakit adalah penyakit layu. Pencegahan dan pemberantasan digunakan Insektisida dan fungisida seperti Furadan 3 G, Antrocol, Dithane, Hostathion dan lain-lain.
3.1.5. Pemindahan Bibit
Pemindahan dilakukan bila bibit telah mempunyai perakaran yang kuat. Bibit dari benih/biji siap ditanam setelah berumur 6 minggu atau telah berdaun 5-6 helai, sedangkan bibit dari stek dapat dipindahkan setelah berumur 28 hari.
Pemindahan bibit dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Sistem cabut, bibit dicabut dengan hati-hati agar tidak merusak akar. Bila disemai pada polybag, pengambilan bibit dilakukan dengan cara membalikkan polybag dengan batang bibit dijepit antara telunjuk dan jari tengah, kemudian polybag ditepuk-tepuk perlahan hingga bibit keluar. Bila bibit disemai pada bumbung daun pisang atau daun kelapa, bibit dapat ditanam bersama bumbungnya.
2. Sistem putaran, caranya tanah disiram dan bibit dengan diambil beserta tanahnya 2,5-3 cm dari batang dengan kedalaman 5 cm.

3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan
Lahan sebaiknya bukan lahan bekas ditanami tanaman famili Cruciferae lainnya. Dilakukan pengukuran pH dan analisa tanah tentang kandungan bahan organiknya untuk mengetahui kecocokan lahan ditanami kol/kubis.
Tanah digemburkan dan dibalik dengan dicangkul atau dibajak sedalam 40-50 cm, dibersihkan dari sisa-sisa tanaman dan diberi pupuk dasar. Setelah itu, dibiarkan terkena sinar matahari selama 1-2 minggu untuk memberi kesempatan oksidasi gas-gas beracun dan membunuh sumber-sumber patogen.
3.2.2. Pembuatan Bedengan
Bedengan dibuat dengan arah Timur-Barat, lebar 80-100 cm, tinggi 35 cm dan panjang tergantung keadaan lahan. Lebar parit antar bedengan ± 40 cm (parit pembuangan air PPA 60 cm) dengan kedalaman 30 cm (PPA 60 cm).
3.2.3. Pengapuran
Fungsi untuk menaikkan pH tanah dan mencegah kekurangan unsur hara makro maupun mikro. Dosis pengapuran bergantung kisaran angka pH-nya, umumnya antara 1-2 ton kapur per hektar. Jenis kapur yag digunakan antara lain: Captan (calcit) dan Dolomit.
3.2.4. Pemupukan
Bedengan siap tanam diberi pupuk dasar yang banyak mengandung unsur Nitrogen dan Kalium, yaitu Za, Urea, TSP dan KCl masing-masing 250 kg, serta Borax atau Borate 10-20 kg/ha. Pemberian pupuk kandang dilakukan sebanyak 0,5 kg per tanaman.
3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanam
Penentuan pola tanam tanaman sangat bergantung kesuburan tanah dan varietas tanaman dengan jarak tanam 50 x 50 cm. Pola penanaman ada dua yaitu larikan dan teratur seperti pola bujur sangkar; pola segi tiga sama sisi; pola segi empat dan pola barisan (barisan tunggal dan barisan ganda). Pola segi tiga sama sisi dan bujur sangkar tergolong baik karena didapatkan jumlah tanaman lebih banyak.
3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat sesuai dengan jarak tanam sedalam cangkul atau dengan ukuran garis tengan 20-25 cm sedalam 10-15 cm.
3.3.3. Cara Penanaman
1. Waktu tanam yang baik yaitu pada pagi hari antara pukul 06.00-10.00 atau sore hari antara pukul 15.00-17.00, karena pengaruh sinar matahari dan temperatur tidak terlalu tinggi.
2. Pilih bibit yang segar dan sehat (tidak terserang penyakit ataupun hama).
3. Bila bibit disemai pada bumbung daun pisang atau, ditanam bersama dengan bumbungnya, bila disemai pada polybag plastik maka dikeluarkan terlebih dahulu dengan cara membalikkan polybag dengan batang bibit dijepit antara telunjuk dan jari tengah, kemudian polybag ditepuk-tepuk secara perlahan hingga bibit keluar dari polybag.
4. Bila disemai dalam bedengan diambil dengan solet (sistem putaran), caranya menggambil bibit beserta tanahnya sekitar 2,5-3 cm dari batang sedalam 5 cm.
5. Bibit segera ditanam pada lubang dengan memberi tanah halus sedikit-demi sedikit dan tekan tanah perlahan agar benih berdiri tegak.
6. Siram bibit dengan air sampai basah benar.
3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan dilakukan saat pemindahan bibit ke lahan, yaitu saat bibit berumur 6 minggu atau telah berdaun 5-6 helai (semaian biji) atau berumur 28 hari (semaian stek). Bila bibit disemai pada bumbung maka penjarangan tidak dilakukan. Sedangkan penyulaman hampir tidak dilakukan karena umur tanaman yang pendek (2-3 bulan).
3.4.2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan bersama dengan penggemburan tanah sebelum pemupukan atau bila terdapat tumbuhan lain yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Penyiangan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam karena dapat merusak sistem perakaran tanaman, bahkan pada akhir penanaman sebaiknya tidak dilakukan.
3.4.3. Pembubunan
Pembumbunan dilakukan bersama penyiangan dengan mengangkat tanah yang ada pada saluran antar bedengan ke arah bedengan berfungsi untuk menjaga kedalaman parit dan ketinggian bedeng dan meningkatkan kegemburan tanah.
3.4.4. Perempelan
Perempelan cabang/tunas-tunas samping dilakukan seawal mungkin untuk menjaga tanaman induk agar pertumbuhan sesuai harapan, sehingga zat makanan terkonsentrasi pada pembentukan bunga seoptimal mungkin.
3.4.5. Pemupukan
Pemupukan susulan I dilakukan dengan urea 1gram per tanaman melingkari tanaman dengan jarak 3 cm disaat tanaman kelihatan hidup untuk mendorong pertumbuhan. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 10-14 hari dengan dosis 3-5 gram, dengan jarak 7-8 cm. Pemupukan ketiga dilakukan pada umur 3-4 minggu dengan dosis 5 gram pada jarak 7-8 cm. Bila pertumbuhan belum optimal dapat dilakukan pemupukan lagi pada umur 8 minggu.
3.4.6. Pengairan dan Penyiraman
Waktu pemberian air sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari. Pada musim kemarau, pengairan perlu dilakukan 1-2 hari sekali, terutama pada fase awal pertumbuhan dan pembentukan bunga.
3.4.7. Waktu Penyemprotan Pestisida
Untuk pencegahan, penyemprotan dilakukan sebelum hama menyerang tanaman atau secara rutin 1-2 minggu sekali dengan dosis ringan. Untuk penanggulangan, penyemprotan dilakukan sedini mungkin dengan dosis tepat, agar hama dapat segera ditanggulangi.
Jenis dan dosis pestisida yang digunakan dalam menanggulangi hama sangat beragam tergantung dengan hama yang dikendalikan dan tingkat populasi hama tersebut.
3.4.8. Pemeliharaan Lain
Hal-hal yang penting dalam merawat tanaman adalah:
1. Menghindari pelukaan pada tanaman karena luka pada tanaman merupakan salah satu jalan yang efektif dalam penularan penyakit dan sangat disukai oleh hama.
2. Dalam pemupukan, pupuk tidak boleh mengenai tanaman dan harus selalu diikuti dengan penyiraman.

IV. HAMA DAN PENYAKIT
4.1. Hama
1. Ulat Plutella (Plutella xylostella L.)
Dikenal dengan nama ulat tritip, Diamond-black moth, hileud keremeng, ama bodas, ama karancang (Sunda), omo kapes, kupu klawu (Jawa). Ciri: (1) siklus hidup 2-3 minggu tergantung temperatur udara; (2) ngengat betina panjang 1,25 cm berwarna kelabu, mempunyai tiga buah titik kuning pada sayap depan, meletakkan telur dibagian bawah permukaan daun sebanyak 50 butir dalam waktu 24 jam; (3) telurnya berbentuk oval, ukuran 0,6-0,3 mm, berwarna hijau kekuningan, berkilau, lembek dan menetas ± 3 hari; (4) larva Plutella berwarna hijau, panjang 8 mm, lebar 1 mm, mengalami 4 instar yang berlangsung selama 12 hari, ngengat kecil berwarna coklat keabu-abuan; (5) ngengat aktif dimalam hari, sedangkan siang hari bersembunyi dibawah dibawah sisa-sisa tanaman, atau hinggap dibawah permukaan daun bawah. Gejala: (1) biasanya menyerang pada musim kemarau; (2) daun berlubang-lubang terdapat bercak-bercak putih seperti jendela yang menerawang dan tinggal urat-urat daunnya saja; (3) umumnya menyerang tanaman muda, tetapi kadang-kadang merusak tanaman yang sedang membentuk bunga. Pengendalian: (1) mekanis: mengumpulkan ulat-ulat dan telurnya, kemudian dihancurkan. (2) Kultur teknik: pergiliran tanaman (rotasi) dengan tanaman yang bukan famili Cruciferae; pola tumpang sari brocolli dengan tomat, bawang daun, dan jagung; dengan tanaman perangkap (trap crop) seperti Rape/Brassica campestris ssp. Oleifera Metg. (3) Hayati/biologi: menggunakan musuh alami, yaitu parasitoid (Cotesia plutella Kurdj, Diadegma semiclausum, Diadegma eucerophaga) ataupun predatornya. (4) Sex pheromone : adalah "Ugratas Ungu" dari Taiwan. Bentuk sex pheromone ini seperti benang nilon berwarna ungu sepanjang ± 8 cm. Cara penggunaan : Ugratas ungu dimasukkan botol bekas agua, kemudian dipasang dilahan perkebunan pada posisi lebih tinggi dari tanaman. Daya tahan ugratas terpasang ±3 minggu, dan tiap hektar kebun memerlukan 5-10 buah perangkap.(5) Kimiawi: menyemprotkan insektisida selektif berbahan aktif Baccilus thuringiensis seperti Dipel WP, Bactospeine WP, Florbac FC atau Thuricide HP pada konsentrasi 0,1-0,2%, Agrimec 18 FC, pada konsentrasi 1-2 cc/liter.
2. Ulat croci (Crocidolomia binotalis Zeller)
Ulat croci disebut hileud bocok (sunda). Ciri: (1) siklus hidup 22-32 hari, tergantung suhu udara; (2) ulat berwarna hijau, pada punggung terdapat garis hijau muda dan perut kuning, panjang ulat 18 mm, berkepompong di dalam tanah dan telur diletakkan dibawah daun secara berkelompok berbentuk pipih menyerupai genteng rumah; (3) menyerang tanaman yang sedang membentuk bunga. Pengendalian: sama dengan ulat Prutella, parasitoid yang paling cocok adalah Inareolata sp.
3. Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn)
Ulat tanah disebut ulat taneuh, hileud orok (Sunda) atau uler lettung (Jawa).
Ciri: (1) siklus hidup 6-8 minggu; (2) kupu-kupu ataupun ulatnya aktif pada senja dan malam hari, pada siang hari bersembunyi di bawah daun (kupu-kupu) dan permukaan tanah (ulat). Gejala: memotong titik tumbuh atau pangkal batang tanaman, sehingga tanaman muda rebah dan pada siang hari tampak layu. Pengendalian: (1) mekanis: mencabut ulat-ulat tanah dan membunuhnya; (2) kultur teknis: pembersihan kebun dari rerumputan atau sisa-sisa tanaman yang dijadikan tempat bertelur hama tanah; (3) kimiawi: dengan umpan beracun dan semprotan insektisida.Campuran dari 125-250 gram Dipertex 95 SL, 10 kg dedak, 0,5-1,0 kg gula merah dan 10 liter air untuk tanaman seluas 0,25-0,5 hektar. Umpan tersebut disebarkan disekeliling tanaman pada senja dan malam hari. dapat juga disemprotkan insektisida Dursban 20 EC 1 cc/liter air. Waktu penyemprotan sehabis tanam dan dapat diulang 1-2 kali seminggu.
4. Kutu daun (Aphis brassicae)
Hidup berkelompok dibawah daun atau massa bunga (curd), berwarna hijau diliputi semacam tepung berlilin. Gejala: menyerang tanaman dengan menghisap cairan selnya, sehingga menyebabkan daun menguning dan massa bunga berbintik-bintik tampak kotor. Menyerang hebat dimusim kemarau. Pengendalian: menyemprotkan insektisida ORTHENE 75 SP atau Hostathion 40 EC 1-2 cc/liter air.
5. Ulat daun
Misalnya ulat jengkal (Trichoplusiana sp., Chrysodeixis chalcites Esp., Chrysodeixis orichalcea L.) dan ulat grayuk (Spodoptera sp. S. litura), Ciri: (1) Ulat-ulat jengkal (Trichoplusiana sp.): Cara berjalannya aneh dan melipat dua bila merangkak. Panjang 4 cm, berwarna hijau pucat dan berpita warna muda pada tiap sisi badan. Kupu-kupu ulat jengkal berwarna coklat keabu-abuan dan berbintik-bintik berwarna perak pada setiap sayap depannya, telur berwarna putih kehijau-hijauan diletakkan di bawah daun dan menetas dalam 3-20 hari. (2) Chrysodzeixis chalcites Esp. dan Chrysodeixis orichalcea L.: Berwarna gelap dan terdapat bintik-bintik keemasan berbentuk "Y" pada sayap depan. Telur berukuran kecil berwarna keputih-putihan, diletakkan secara tunggal ataupun berkelompok. Larva berwarna hijau bergaris-garis putih di sisinya dan jalannya menjengkal. (3) Ulat-ulat grayak (S. litura): Ciri khas memiliki bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris kekuning-kuningan pada sisinya dengan siklus hidup 30-61 hari. Kupu-kupunya berwarna agak gelap dengan garis agak putih pada sayap depan. Telurnya berjumlah 25-500 butir diletakkan secara berkelompok di atas tanaman dan ditutup dengan bulu-bulu. Gejala: daun rusak, berlubang-lubang atau kadang kala tinggal urat-urat daunnya saja. Pengendalian: (1) mengatur pola tanam; (2) menjaga kebersihan kebun; (3) penyemprotan insektisida seperti Orthene 75 SP 1 cc/liter air, Hostathion 1-2 cc/liter air, Curacron 500 EC atau Decis 2,5 EC; (4) khusus untuk ulat grayak dapat digunakan sex pheromena (Ugratas Merah); (5) bila terjadi serangan Spodoptera exiqua dapat digunakan Ugratas Biru.
6. Bangsa siput
Bangsa siput yang biasa menyerang antara lain: (1) Achtina fulica Fer., yaitu siput yang mempunyai cangkang atau rumah, dikenal dengan bekicot; (2) Vaginula bleekeri Keferst, yaitu siput yang tidak bercangkang, warna keabu-abuan; (3) Parmarion pupilaris Humb, yaitu siput yang tidak bercangkang berwarna coklat kekuningan. Gejala: menyerang daun terutama saat baru ditanam dikebun. Pengendalian: dengan menyemprotkan racun Helisida atau dengan dikumpulkan lalu dihancurkan dengan garam atau untuk makanan ternak.
7. Cengkerik dan gangsir (Gryllus mitratus dan Brachytrypes portentosus).
Gejala: menyerang daun muda (memotong) pada malam hari; terdapat banyak lubang di dalam tanah. Pengendalian: dengan insektisida atau menangkap dengan menyirami lubang dengan air agar hama keluar.
8. Orong-orong.
Hidup dalam tanah terutama yang lembab dan basah. Bagian yang diserang adalah sistem perakaran tanaman. Gejala: pertumbuhan terhambat dan daun menguning. Pengendalian: pemberian insektisida ke liang.
4.2. Penyakit
1. Busuk hitam (Xanthomonas campestris Dows.)
Penyebab: bakteri, dan merupakan patogen tular benih (seed borne), dan dapat dengan mudah menular ketanah atau ke tanaman sehat lainnya. Gejala: (1) tanaman semai rebah (damping off), karena infeksi awal terjadi pada kotiledon, kemudian menjalar keseluruh tanaman secara sistematik; (2) bercak coklat kehitam-hitaman pada daun, batang, tangkai, bunga maupun massa bunga yang diserang; (3) gejala khas daun kuning kecoklat-coklatan berbentuk huruf "V", lalu mengering. Batang atau massa bunga yang terserang menjadi busuk berwarna hitam atau coklat, sehingga kurang layak dipanen. Pengendalian: (1) memberikan perlakuan pada benih seperti telah dijelaskan pada poin pembibitan sub poin penyiapan benih; (2) pembersihan kebun dari tanaman inang alternatif; (3) rotasi tanaman selama ± 3 tahun dengan tanaman tidak sefamili.
2. Busuk lunak (Erwinia carotovora Holland.)
Penyebab: bakteri yang mengakibatkan busuk lunak pada tanaman sewaktu masih di kebun hingga pasca panen dan dalam penyimpanan. Gejala: (1) luka pada pangkal bunga yang hampir siap panen; (2) luka akar tanaman scara mekanis, serangga atau organisme lain; (3) luka saat panen; (4) penanganan atau pengepakan yang kurang baik. Pengendalian: (1) Pra panen: membersihkan sisa-sisa tanaman pada lahan yang akan ditanami; menghindari kerusakan tanaman oleh serangga pengerek atau sewaktu pemeliharaan tanaman; menghindari bertanam kubis-kubisan pada musim hujan di daerah basis penyakit busuk lunak. (2) Pasca panen: menghindari luka mekanis atau gigitan serangga menjelang panen; menyimpan hasil panen dalam keadaan kering, atau kalau dicuci dengan air bersih, harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum disimpan; berhati-hati dalam membawa atau mengangkut hasil panen ketempat penyimpanan untuk mencegah luka atau memar; menyimpan hasil ditempat sejuk dan mempunyai sirkulasi udara baik.
3. Akar bengkak atau akar pekuk (Plasmodiophora brassicae Wor.)
Penyebab: cendawan Plasmodiophora brassicae. Gejala: (1) pada siang hari atau cuaca panas, tanaman tampak, tetapi pada malam atau pagi hari daun tampak segar kembali; (2) pertumbuhan terlambat, tanaman kerdil dan tidak mampu membentuk bunga bahkan dapat mati; (3) akar bengkak dan terjadi bercak-bercak hitam. Pengendalian: (1) memberi perlakuan pada benih seperti poin penyiapan benih; (2) menyemai benih di tempat yang bebas wabah penyakit; (3) melakukan sterilisasi media semai ataupun tanah kebun dengan Besamid-G 40-60 gram/m2 untuk arel pembibitan atau 60 gram/m2untuk kebun; (4) melakukan pengapuran untuk menaikkan pH; (5) mencabut tanaman yang terserang penyakit; (6) pergiliran atau rotasi tanaman dengan jenis yang tidak sefamili
4. Bercak hitam (Alternaria sp.)
Penyebab: cendawan Alternaria brassica dan Alternaria brassicicola. Gejala: (1) bercak-bercak berwarna coklat muda atau tua bergaris konsentris pada daun; (2) menyerang akar, pangkal batang, batang maupun bagian lain. Pengendalian: (1) menanam benih yang sehat; (2) perlakuan benih seperti pada poin penyiapan benih.
5. Busuk lunak berair
Penyebab: cendawan Sclerotinia scelerotiorumI, menyerang batang dan daun terutama pada luka-luka tanaman akibat kerusakan mekanis dan dapat menyebar melalui biji dan spora. Gejala: (1) pertumbuhan terhambat, membusuk lalu mati; (2) bila menyerang batang, maka daun akan menguning, layu dan rontok; (3) bila menyerang daun, maka daun akan membusuk dan berlendir; (4) gejala lain terdapat rumbai-rumbai cendawan yang berwarna putih dan lama-kelamaan menjadi hitam. Pengendalian: (1) gunakan biji sehat dan rotasi tanaman dengan tanaman yang tidak sejenis. (2) pemberantasan dengan insektisida.
6. Semai roboh (dumping off)
Penyebab: cendawan Rhizitonia sp. dan Phytium sp. Gejala: (1) bercak-bercak kebasahan pada pangkal batang atau hipokotil; (2) pangkal batang busuk sehingga menyebabkan batang rebah dan mudah putus; (3) menyerang tanaman di semaian, tetapi dapat pula menyerang tanaman di lahan. Pengendalian: perlakuan benih sebelum ditanam, sterilisasi media semaian dan rotasi tanaman dengan jenis selain kubis-kubisan.
7. Penyakit Fisiologis
Penyebab: Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) disebut penyakit fisiologis. Kekurangan Nitrogen: bunga kecil-kecil seperti kancing atau disebut "Botoning". Kelebihan Nitrogen warna bunga kelabu dan berukuran kecil. Kekurangan Kalium massa bunga tidak kompak (kurang padat) dan ukurannya mengecil. Kelebihan Kalium tumbuh kerdil dan bunganya kecil. Pengendalian: dengan pemupukan yang berimbang.
V. Panen
5.1. Ciri dan Umur Panen
Umur masak petik atau panen tanaman kubis tergantung pada varietasnya, berumur pendek (genjah) dan berumur panjang (dalam).
a) Premium Flat Dutch: umur panen 100 hari, produksi 4,5 kg/tanaman.
b) Early Flat Dutch: umur panen 83 hari, produksi 2,4-2,7 kg/tanaman.
c) O-S Cross: umur panen 80 hari, produksi 2 kg/tanaman.
d) Surehead: umur panen 93 hari, produksi 3-4,5 kg/tanaman.
e) Globe Master: umur panen 75 hari, produksi 2-2,5 kg/tanaman.
f) Emerald Cross Hybrid: umur panen 45 hari, produksi 1.2 kg/tanaman.
g) Copenhagen Market: umur panen 72 hari, produksi 1.8-2 kg/tanaman.
h) K-K Cros: umur panen 58 hari, produksi 1,6 kg/tanaman.
i) Green Cup: umur panen 73 hari, produksi 1,5 kg/tanaman.
j) Ecarliana: umur panen 60 hari, produksi 1 kg/tanaman.
Ciri-ciri kemasakan kubis adalah sebagai berikut:
a) Krop kubis mengeras dengan cara menekan krop kubis.
b) Daun berwarna hijau mengkilap.
c) Daun paling luar sudah layu.
d) Besar krop kubis telah terlihat maksimal.
5.2. Cara Panen
Pemetikan yang kurang baik akan menimbulkan kerusakan mekanis yang menyebabkan krop kubis terinfeksi patogen sehingga mudah pembusukan. Langkah-langkah dalam memetik kubis:
a) Pilih kubis yang telah tua dan siap dipetik.
b) Petik kubis dengan menggunakan pisau yang tajam dan bersih. Pemotongan dilakukan pada bagianpangkal batang kubis.
c) Urutan pemetikan adalah dimulai dengan kubis yang sehat baru kemudian dilakukan pemetika pada kubis yang telah terkena infeksi patogen.
5.3. Periode Panen
Broccoli merupakan tanaman sekali panen, sehingga periode panen sama dengan periode tanam.
5.4. Prakiraan Produksi
Produksi kubis bergantung dengan varietas. Secara umum per tanaman menghasilkan 0,75-4 Kg, daerah tadah hujan dengan pemeliharaan semi intensif 25-35 ton per hektar dan dengan pemeliharan intensif 85 ton per hektar.
5.5. Pascapanen
5.1.1. Pengumpulan
Setelah dipetik, kubis dikumpulkan pada tempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari langsung agar laju respirasi berkurang sehingga didapatkan kubis yang tinggi kwalitas dan kwantitasnya. Pengumpulan dilakukan dengan hati-hati dan jangan ditumpuk dan dilempar-lempar.
5.1.2. Penyortiran dan Penggolongan
Penyortiran untuk memisahkan krop kubis baik dan bermutu dari yang kurang baik atau rusak, seperti retak, lecet dan kerusakan lainnya.
Penggolongan bertujuan untuk mengolongkan krop ke dalam mutu kelas I, kelas II dan seterusnya berdasarkan jumlah daun pembungkus krop, keseragaman bentuk, keseragaman ukuran, kepadatan krop, kadar kotoran maksimum, kecacatan kubis maksimum dan panjang batang kubis maksimum.
a) Jumlah daun pembungkus: mutu I=4 helai; mutu II=4 helai.
b) Homoginetas bentuk: mutu I=seragam; mutu II=seragam.
c) Homogenitas ukuran: mutu I=seragam; mutu II=seragam.
d) Kepadatan krop: mutu I=padat; mutu II=kurang padat.
e) Kadar kotoran maksimum: mutu I=2,5%; mutu II=2,5%.
f) Kubis cacat maksimum: mutu I=5%; mutu II=10%.
g) Panjang batang kubis maksimum: mutu I=2,5 cm; mutu II=2,5 cm.
5.1.3. Penyimpanan
Penyimpanan kubis harus memperhatikan varietas kubis, suhu, kelembaban dan kadar air. Pada suhu 32-35 derajat F dan kelembaban udara 92-95%, kubis dapat disimpan 4-6 bulan (kubis kadar air tinggi) dan 12 bulan (kubis kadar air rendah) dengan kehilangan berat sebesar 10%.
5.1.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan dilakukan dengan plastik polyethylene dan dalam pengangkutan kemasan perlu dimasukkan ke dalam kotak atau peti kayu (field boxes) dengan kapasitas 25-30 kg/peti.

VI. REFERENSI
6.1. Daftar Pustaka
a) Anonymous. 1993. Sayur Komersial. Penebar Swadaya.
    Jakarta.
b) Arief, Arifin. 1990. Hortikultura. Andy Offset. Yogyakarta.
c) Cahyono, Bambang. 1995. Cara Meningkatkan Budidaya
    Kubis. , Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
d) Pracaya. 1981. Kol Alis Kubis. Penebar Swadaya. Jakarta




KOMUNIKASI DALAM PENYULUHAN PERTANIAN




I.            PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai suatu sistem pendidikan di luar sekolah untuk keluarga-keluarga tani di pedesaan, di mana mereka belajar sambil berbuat untuk menjadi mau, tahu dan bisa menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapinya secara baik, menguntungkan dan memuaskan (Wiriaatmaja, 1986). Atau dengan kata lain kegiatan penyuluhan pertanian adalah suatu kegiatan penyampaian informasi kepada orang lain, dengan harapan orang tersebut dapat berubah perilakunya dengan mau melaksanakan informasi yang disampaikan.
Seseorang berubah perilakunya dapat disebabkan setelah berinteraksi dengan orang lain. Bila kita ingin berinteraksi dengan orang lain, maka komunikasi amat diperlukan. Sehingga informasi apa yang ingin kita sampaikan dapat diterima oleh mereka. Berbicara penyuluhan, penyuluhan adalah proses pendidikan nonformal, yang intinya ingin merubah perilaku dari sasaran penyuluhan itu. Perubahan perilaku dapat terjadi apabila terjadi interaksi penyuluh yang akan menyampaikan informasi baru dengan sasaran dengan melakukan komunikasi dengan baik. Pertanyaannya, apakah komunikasi sudah berjalan dengan baik?. Penyuluh pertanian dapat dan harus menggunakan teknik-teknik komunikasi yang paling efektif agar sasaran mau menerapkan pengetahuan barunya itu. Melalui komunikasi yang efektif dapat menunjang keberhasilan penyuluhan pertanian.
Dalam kegiatan penyuluhan pertanian, komunikasi menjadi sebuah faktor penting yang dapat menunjang tercapainya tujuan-tujuan penyuluhan. Disini, komunikan dituntut untuk memiliki sebuah strategi komunikasi agar objek penyuluhan dapat menerima pesan dengan baik dan tidak terjadi missunderstanding dalam proses penyuluhan ini.
Setiap petani di suatu daerah pertanian memiliki karakteristik yang berbeda-beda, oleh karenanya penyajian komunikasinya pun perlu disesuaikan dengan daerah masing-masing petani. Para petani yang masih berada di daerah pedesaan yang terisolir tentunya lebih efektif jika diberikan penyuluhan dengan metode dialog dua arah serta pendekatan interpersonal. Terdapat korelasi positif yang nyata antara kompetensi komunikasi yang dimiliki oleh penyuluh terhadap perilaku petani dalam mengelola sumber daya yang dimiliki. Selain faktor keterisoliran dan kompetensi komunikasi, strategi komunikasi pun berpengaruh terhadap efektifitas komunikasi. Hal ini didukung oleh terbagi-baginya tipe penerima respon penyuluhan, mulai dari kelompok inovator; early adopter, early mayority, late adopter dan kelompok penolak inovasi yang bersifat apatis (lagger).
Oleh karenanya, diperlukan sebuah kajian mendalam untuk mengetahui bagaimana seharusnya penyajian komunikasi pertanian yang efektif dalam kegiatan penyuluhan terhadap ragam petani yang tersebar di berbagai daerah agar para petani dapat tercerahkan dan berkembang cara berpikirnya.



II.        KOMUNIKASI

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, dan yang dinyatakannya itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai penyalurnya. Dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan (Effendi, Onong Uchjana, 1995: 9).
Sementara untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Paradigma Laswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur yakni: Komunikator, Pesan, Media, Komunikan, dan Efek. Jadi, menurut Lasswell dalam Effendy, Onong Uchjana(1995: 10) bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
Dengan demikian komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan. Jika tidak terjadi kesamaan makna antara komunikator dan komunikan, dengan kata lain jika komunikan tidak mengerti pesan yang tidak diterimanya, maka komunikasi tidak terjadi. Dalam rumusan lain, situasi tidak komunikatif. Menurut Fisher dalam Arifin, Anwar(1995: 20), menyatakan bahwa tidak ada persoalan sosial dari waktu yang tidak melibatkan komunikasi.
Secara sederhana proses komunikasi oleh Schramm (1977) diartikan sebagai proses penggunaan pesan oleh dua orang atau lebih, dimana semua pihak saling berganti peran sebagai pengirim dan penerima pesan, sampai ada saling pemahaman atas pesan yang disampaikan oleh semua pihak.Oleh karena itu, model komunikasi tidak lagi bersifat garis-lurus (linier), tetapi bersifat memusat (convergence), seperti yang dapat kita bandingkan pada gambar dibawah ini:
Tentang model komunikasi memusat, Koncald (1979) menjelaskan adanya komponen dasar dari model komunikasi tersebut yang menekankan pada adanya tiga unsur pokok, yaitu realita fisik, realita psikologis, dan realita sosial yang akan dihadapi oleh semua pihak yang berkomunikasi.









Komponen Dasar Dari Model Komunikasi Memusat
REALITAS PSIKOLOGIS (a)

Interpretasi
 
Pemahaman




Pengertian - kepercayaan
REALITAS FISIK


INFORMASI


Tindakan           Tindakan


TINDAKAN KOLEKTIF
                             
KESEPAKATAN BERSAMA

PENGERTIAN BERSAMA

REALITAS SOSIAL
(a dan b)
REALITAS PSIKOLOGIS (b)

Interpretasi


Pemahaman




Kepercayaan - pengertian



Sejalan dengan pemahaman tentang “komunikasi memusat” Soemardjo (1999) mengemukakan bahwa dari hasil penelitiannya terbukti memberikan pengaruh signifikan terhadap mutu penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh untuk memandirikan petani. Dengan kata lain, proses penyuluhan partisipatip yang dibarengi dengan proses komunikasi memusat tersebut merupakan metoda yang layak dikembangkan.
Terkait dengan proses komunikasi memusat dalam kegiatan penyuluhan tersebut, dapat ditarik pokok-pokok pemahaman sebagai berikut:
1)     Komunikasi di dalam penyuluhan, harus merupakan proses komunikasi timbal-balik, dan bukannya komunikasi searah yang sering dilakukan di dalam proses penerangan yang dilakukan melalui media-masa.
2)     Kedudukan penyuluh adalah sejajar dengan kliennya dan stakeholder yang lain. Artinya, setiap penyuluh harus menghargai dan mau mendengarkan respon yang diberi-kan oleh masyarakat yang menjadi kliennya, dalam proses belajar bersama.
3)     Respon yang diberikan oleh klien, tidak harus sesuai dengan yang diharapkan oleh penyuluhnya. Yang penting, selama komunikasi harus terjadi interaksi yang saling menghargai pendapat pihak yang lainnya, sebagai masuk-an yang perlu dipikirkan sebagai rangsangan terjadinya proses belajar.Dengan demikian, semua pihak benar-benar mengalami proses belajar bersama.
Di dalam kegiatan penyuluhan pertanian proses komunikasi antara penyuluh dan sasarannya juga tidak hanya terhenti jika penyuluh telah menyampaikan inovasi atau jika sasaran telah menerima pesan tentang inovasi yang telah disampaikan penyuluhnya, tetapi sering kali (dan seharusnya memang begitu) komunikasi baru berhenti jika sasaran telah memberikan tanggapan seperti yang dikendaki oleh penyuluhnya yaitu berupa penerimaan dan penerapan inovasi tersebut didalam praktek berusaha tani, baik yang ditunjukan dalam perubahan pengetahuan, sikap, atau keterampilannya.

1.          KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
Dalam proses komunikasi terdapat  lima komponen atau unsur penting dalam komunikasi yang harus kita perhatikan yaitu: sender, massage, delivery channel atau media, receiver dan efect/umpan balik (feedback).  Melalui proses komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.
Secara sederhana menurut Tubbs dan Moss (1996) komunikasi dikatakan efektif bila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya.  Sebenarnya ini hanya salah satu ukuran bagi efektivitas komunikasi.  Secara umum, komunikasi dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan oleh pengirim atau sumber berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.

2.          SYARAT KOMUNIKASI EFEKTIF
Syarat utama dalam komunikasi efektif adalah karakter yang kokoh yang dibangun dari fondasi integritas pribadi yang kuat, disertai dengan kepercayaan pada orang lain. Covey mengusulkan ada enam hal utama yang dapat menambah kekuatan emosi dalam menjalin hubungan  dengan sesama yaitu :
a. Berusaha benar-benar mengerti orang lain
Ini adalah dasar dari apa yang disebut emphatetic communication (komunikasi empatik). Ketika  berkomunikasi dengan orang lain, kita mungkin mengabaikan orang itu dengan tidak serius membangun hubungan yang baik. Kita mungkin berpura-pura. Kita mungkin secara selektif berkomunikasi pada saat kita memerlukannya, atau kita membangun komunikasi yang atentif (penuh perhatian) tetapi tidak benar-benar berasal dari dalam diri kita.
Bentuk komunikasi tertinggi adalah komunikasi empatik, yaitu melakukan komunikasi untuk terlebih dahulu mengerti orang lain – memahami karakter dan maksud/tujuan atau peran orang lain.
Kebaikan dan sopan santun yang kecil-kecil begitu penting dalam suatu hubungan – hal-hal yang kecil adalah hal-hal yang besar.
b. Memenuhi komitmen atau janji
c. Menjelaskan harapan
Penyebab dari hampir semua kesulitan dalam hubungan berakar di dalam harapan yang bertentangan atau berbeda sekitar peran dan tujuan. Harapan harus dinyatakan secara eksplisit.
d. Meminta maaf
e.  Integritas
Integritas merupakan fondasi utama dalam membangun komunikasi yang efektif. Karena tidak ada persahabatan atau teamwork tanpa ada kepercayaan (trust), dan tidak akan ada kepercayaan tanpa ada integritas. Integritas mencakup hal-hal yang lebih dari sekadar kejujuran (honesty). Kejujuran mengatakan kebenaran atau menyesuaikan kata-kata kita dengan realitas. Integritas adalah menyesuaikan realitas dengan kata-kata kita. Integritas bersifat aktif, sedangkan kejujuran bersifat pasif.
Setelah kita memiliki fondasi utama dalam membangun komunikasi yang efektif, maka hal berikut adalah kita perlu memperhatikan adalah
Limahukum komunikasi yang efektif yang dikembangkan dan rangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain.
1.      Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain.
2.      Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain.
3.      Audible
Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan.
4.      Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana.
5.      Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.
Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling menguatkan.























III.     PRINSIP DASAR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI

     1.      Faktor teknis
Faktor yang bersifat teknis yaitu kurangnya penguasaan teknis komunikasi. Teknik komunikasi mencakup .unsur-unsur yang ada dalam komunikator dikala mengungkapkan pesan menjadi lambang-lambang.kejelian dalam memilih saluran, metode penyampaian pesan.
2.  Faktor perilaku
Bentuk dari perilaku yang dimaksud adalah perilaku komunikan yang bersifat: pandangan yang bersifat apriori, prasangka yang didasarkan atas emosi, suasana yang otoriter, ketidak mampuan untuk berubah vvalaupun salah, sifat yang egosentris.
3.  Faktor situasional
Kondisi dan situasi yang menghambat komunikasi misalnya situasi ekonomi, sosial, politik dan keamanan
4.  Keterbatasan waktu
Sering karena keterbatasan waktu orang tidak berkomunikasi, atau berkomunikasi secara tergesa-gesa, yang tentunya tidak akan bisa memenuhi persyaratan-persyaratan komunikasi.
5.  Jarak Psychologis/status social
Jarak psychologis biasanya terjadi akibat adanya perbedaan status, yaitu status sosial maupun status dalam pekerjaan. Misalnya, seorang pesuruh akan sulit berkomunikasi dengan seorang menteri karena ada jarak psichologis yaitu pesuruh merasa statusnya terlalu jauh terhadap  menteri. Selanjutnya, ada orang yang hanya ingin mendengar informasi yang dia senangi saja, sedangkan informasi lainnya tidak.
6.  Adanya evaluasi terlalu dini
Seringkali orang sudah mempunyai prasangka, atau sudah menarik suatu kesimpulan sebelum menerima keseluruhan informasi atau pesan. Hal ini jelas menghambat komunikasi yang baik.
7.  Lingkungan yang tidak mendukung
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika dilakukan dalam lingkungan yang menunjang, berikut ini beberapa contoh suasana lingkungan yang tidak menunjang atau mendukung yaitu :

a.       Keadaan suhu (terlalu panas atau terlalu dingin)
b.      Keadaan ribut atau bising
c.      Lingkungan fisik yang tidak mendukung (ruang terlalu sempit/ kurang  keleluasaan pribadi)
8. Keadaan si komunikator
Keadaan fisik dan perasaan komunikator sangat berpengaruh terhadap berhasil  atau gagalnya komunikasi. Misalnya :
a. Komunikator sedang mempunyai masalah pribadi hingga pikiran kacau. Hal ini  akan mengakibatkan pesan yang disampaikannya juga kacau, tidak sistematis hingga membingungkan pendengar/sasaran.
b. Komunikator sedang sakit, juga mempengaruhi komunikasi, atau kalau komunikator mempunyai cacat seperti suara sengau. gagap dan sebagainya akan mengakibatkan pesan yang disampaikan tidak jelas tertangkap oleh sasaran.
9. Gangguan bahasa
a. Komponen semantik: Gangguan semantik ialah gangguan komunikasi yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan. Gangguan semantik sering terjadi karena:
1)    Kata-kata yang digunakan terlalu banyak memakai jargon bahasa asing sehingga sulit dimengerti oleh khalayak tertentu.
2)     Bahasa yang digunakan pembicara berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh penerima.
3)     Komponen semantik meliputi, pengetahuan objek, hubungan objek, dan hubungan peristiwa
b.  Komponen Struktur                        
Struktur bahasa yang digunakan tidak sebagaimana mestinya sehingga membingungkan penerima. Komponen Struktur meliputi, fonologi, morfologi, dan sintaksis.
c. Komponen Penggunaan / Pragmatik
Komponen pragmatik meliputi fungsi dan konteks. Penguasaan akan komponen ini menjadikan mampu mengawali komunikasi, memelihara komunikasi dan mengakhiri komunikasi (M. Lahey, 1989)
10. Rintangan fisik
Rintangan fisik adalah rintangan yang disebabkan karena kondisi geografis misalnya jarak yang jauh sehingga sulit dicapai, tidak adanya sarana kantor pos, kantor telepon, jalur transportasi dan semacamnya.
Dalam komunikasi antar manusia rintangan fisik bisa juga diartikan karena adanya gangguan organik, yakni tidak berfungsinya salah satu panca indra penerima.
A.  MENGUKUR KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI
Bagaimana cara mengukur keefektifan komunikasi?  Kita tidak dapat menilai keefektifan komunikasi bila apa yang kita maksudkan tidak jelas;  kita harus benar-benar tahu apa yang kita inginkan.  Menurut Tubbs and Moss (1999) terdapat 5 hasil utama yang dapat dijadikan ukuran bagi komunikasi yang efektif :
1. Pemahaman
Penerimaan cermat atas kandungan rangsangan seperti yang dimaksudkan oleh pngirim pesan.  Komunikator dikatakan efektif bila penerima memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikannya.
2. Kesenangan
Timbulnya rasa senang dan terhibur atau mempertahankan hubungan insani
3. Pengaruh pada sikap
4. Hubungan yang makin baik
5. Tindakan

B.  PERAN KOMUNIKASI DALAM PENYULUHAN PERTANIAN
Ditinjau dari prosesnya, penyuluhan adalah komunikasi dalam arti kata ada dua komponen yaitu manusia, yang satu sebagai pemberi pesan atau komunikator dan satu lagi sebagai penerima pesan atau komunikan. Dalam proses ini penyuluh pertanian bertindak sebagai komunikator (pemberi pesan), sedangkan petani merupakan komunikan (penerima pesan). Perbedaan antara komunikasi dengan penyuluhan terletak pada tujuannya, dimana tujuan komunikasi sifatnya umum, sedangkan tujuan penyuluhan sifatnya khusus, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya. Tujuan akan tercapai bila terjadi komunikasi yang dapat dipahami. Komunikasi yang bagaimana yang menunjang tujuan penyuluhan mudah tercapai? Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang bersifat dua arah.
Namun bisa saja terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi, dimana pesan tidak dapat dimengerti oleh penerima pesan dengan baik. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor penghambat komunikasi antara pengirim dan penerima pesan. Faktor-faktor penghambat komunikasi tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat masalah utama , dikemukakan oleh Purwanto, Djoko (2009: 13), mencakup: 1) masalah dalam mengembangkan pesan; 2) masalah dalam penyampaian pesan; 3) masalah dalam menerima pesan; 4) masalah dalam menafsirkan pesan.
Menghindari ini semua, dalam penyuluhan pertanian perlu dilakukan perencanaan terlebih dahulu, sehingga proses penyuluhan pertanian untuk membantu petani mencapai tujuannya dapat terlaksana dengan baik, dengan menghilangkan faktor penghambat yang kemungkinan besar dapat terjadi dalam komunikasi. Tampak peran komunikasi amat besar dalam kegiatan penyuluhan penyuluhan, yang akan mempengaruhi dari perencanaan hingga pelaksanaan dan evaluasinya.
Penyuluh sebagai komunikator yaitu penyampai pesan, sedangkan sasaran dalam hal ini disebut komunikan sangat yang dipengaruhi oleh latar belakangnya, baik secara individu maupun secara berkelompok. Untuk penyuluh sendiri adakah mereka siap melakukan komunikasi dari berbagi aspek, apakah pesan yang dibawanya sudah sesuai dengan apa yang diinginkan sasaran juga saluran atau media yang dilakukannya sudah sesuai?, sudah tepatkah metode yang digunakannya. Namun unsur yang paling utama dalam melakukan perubahan perilaku ini yaitu terjadinya komunikasi yang baik antara si pemberi pesan yaitu penyuluh, dengan si penerima pesan yaitu orang yang diharapkan perubahan perilakunya. Dalam sektor pertanian, apakah bagaimana pelaksanaan penyuluhan pertanian di tingkat lapangan, sudah berjalan lancar, dan sudahkah mencapai tujuan yang diharapkan?
Fenomena di tingkat lapangan menggambarkan masih lemahnya proses penyuluhan pertanian dengan dampak yang ada, disinyalir salah satu penyebabnya adalah hambatan komunikasi. Sebab dalam proses komunikasi tidak hanya sekedar berbicara saja, tapi pesan itu dapat disampaikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Hambatan komunikasi ini perlu ditelaah, apa yang menjadi penyebabnya. Bila perubahan perilaku sebagai bagian dari tujuan penyuluhan belum tercapai, jangan hanya sasaran yang dipersalahkan. jangan-jangan masalah nya justru berasal dari komunikator yaitu penyuluh sebagai pembawa pesan. Apa penyebabya apakah karena ketidaksiapan materi yang akan disampaikan, ataukah karena prasarana yang tidak memadai, bisa pula terjadi karena gangguan dalam proses penyampaiannya.
Kegagalan berkomunikasi sering menimbulkan kesalah pahaman, kerugian, dan bahkan malapetaka, Risiko tersebut tidak hanya pada tingkat individu, tetapi juga pada tingkat lembaga, komunitas, dan bahkan Negara. Untuk menjadi seorang komunikator yang efektif, harus berusaha menampilkan komunikasi (baik verbal maupun nonverbal) yang disengaja seraya memahami budaya orang lain.
























IV.  TUJUAN KOMUNIKASI

Didalam setiap proses komunikasi, sedikitnya akan terkandung salah satu dari tiga macam tujuan komunikasi, yaitu:
1)      Informatif, memberikan informasi berita,
2)      Persuasive, membujuk dan
3)      Intertainment, memberikan hiburan
Dalam hubungan ini, komunikasi yang berlangsung selama proses penyuluhan selalu mengandung ketiga macam tujuan tersebut meskipun dengan kadar yang tidak selalu sama. Hal ini disebabkan karena tujuan utama penyuluhan adalah mendidik. Artinya, mempengaruhi orang lain agar mau menerima/melaksanakan informasi yang disampaikannya dengan senang hati. Meskipun demikian bobot “hiburan” harus dijaga untuk tidak selalu dominan, agar informasi yang diberikan dapat disampaikan dengan porsi yang lebih besar sehingga memungkinkan sasarannya memperolehnya cukup lengkap dan jelas.

A.  KEJELASAN KOMUNIKASI
Agar penyuluhan dapat berlangsung sebagaimana yang diharapkan, perlu perhatian terhadap: "kejelasan komunikasi" yang sangat tergantung kepada keempat unsur komuni-kasinya,  yaitu:
1)   Unsur penyuluh dan sasarannya, yang merupakan unsur-unsur utama yang menentukan keberhasilan komunikasi. Di dalam kegiatan penyuluhan, sering muncul gangguan komunikasi yang disebabkan oleh:
a.   Kekurang trampilan penyuluh/sasaran untuk berkomunikasi
b.   Kesenjangan tingkat pengetahuan penyuluh dan sasaran
c.   Sikap yang kurang saling menerima dengan baik
d.   Perbedaan latar belakang sosial budaya yang dimiliki oleh penyuluh dengan sasarannya.
Karena itu, penyuluh sangat dituntut untuk selalu berusaha:
a.    Meningkatkan ketrampilannya berkomunikasi
b.    Menyampaikan pesan dengan cara/bahasa yang mudah dipahami
c.     Bersikap baik (meskipun sadar tidak disukai)
d.    Memahami, mengikuti, atau setidak-tidaknya tidak menyinggung nilai-nilai sosial budaya sasaran (meskipun dia sendiri benar-benar tidak menyukainya).
2) Unsur pesan
Persyaratan utama agar pesan dapat diterima dengan jelas oleh sasaran, haruslah diupayakan agar pesan tersebut berisi hal-hal yang nudah dipahami oleh sasaran, antara lain:
a.   Mengacu kepada kebutuhan masyarakat, dan disampaikan pada saat    sedang dan atau segera akan dibutuhkan.
b.   Disampaikan dalam bahasa yang mudah dipahami
c.   Tidak memerlukan korbanan yang memberatkan
d.   Memberikan harapan peluang keberhasilan yang tinggi, dengan tingkat manfaat yang merangsang.
e.   Dapat diterapkan sesuai dengan kondisi (pengetahuan, ketrampilan, sumberdaya yang dimiliki/dapat diusahakan) masyarakatnya.
3)      Unsur media/saluran komunikasi
Agar pesan dapat diterima dengan jelas, maka saluran yang digunakaan harus terbebas dari gangguan. Baik gangguan teknis (jika menggunakaan media masa), ataupun gangguan sosial budaya dan psikologis (jika menggunakan media antar pribadi).
Di lain pihak, pilihan media yang akan digunakan, perlu disesuaikan dengan selera masyarakat setempat, dengan senantiasa mempertimbangkan kemampuan sumberdaya (dana, ketrampilan, dan peralatan yang tersedia).
Tentang hal ini, harus dipahami bahwa mediamasa (elektonik) yang modern, canggih dan mahal tidak selalu lebih efektif dibanding media interpersonal dan media tradisional.

B.  PROSES PERUBAHAN DALAM KOMUNIKASI

Melalui komunikasi, proses perubahan perilaku yang menjadi tujuan penyuluhan sebenarnya dapat dilakukan melalui 4 (empat) cara, yaitu:
1)      Secara persuasive atau bujukan, yakni perubahan perilaku yang dilakukan dengan cara menggugah perasaan sasaran secara bertahap sampai dia mau mengikuti apa yang dikehendaki oleh komunikator.
2)      Secara pervasion atau pengulangan, yakni penyampaian pesan yang sama secara berulang-ulang, sampai sasarannya mau mengikuti kehendak komunikator.
3)      Secara compulsion, yaitu teknik pemaksaan tidak lang-sung dengan cara menciptakan kondisi yang membuat sasaran harus melakukan/menuruti kehendak komunikator. Misalnya, jika kita menginginkan petani menerapkan pola tanam: padi-padi, palawija di lahan yang berpengairan terjamin, dapat dilakukan dengan memutuskan jatah pengairan ke wilayah tersebut.
4)      Secara coersion, yaitu teknik pemaksaan secara langsung, dengan cara memberikan sanksi (hadiah atau hukuman) kepada mereka yang menurut/melanggar anjuran yang diberikan. Misalnya, memberikan penghargaan kepada petani pengguna pupuk organik, atau melakukan pencabutan terhadap tanaman petani yang tidak direkomendasikan.
Sehubungan dengan ini, dalam penyuluhan pertanian harus dihindari cara-cara pemaksaan, tetapi sejauh mungkin tetap melaksanakan teknik-teknik bujukan dan pengulangan yang dilakukan melalui kegiatan belajar bersama.















V.   MENGEFEKTIFKAN KOMUNIKASI PENYULUHAN PERTANIAN

Kendala umum yang menyebabkan kegagalan komunikasi, adalah:
1)          Komunikasi yang tidak efisien, yang disebabkan karena:
a.   Tujuan komunikasi yang tidak jelas, baik menurut penyuluh
maupun  bagi masyarakat sasarannya, terutama jika penyuluh kurang melakukan persiapan menyuluh.
b. Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh komunikator (gerakan-gerakan, ucapan-ucapan yang selalu dilakukan secara berulang-ulang)
2)      Salah pengertian, yang disebabkan karena:
a. Perbedaan tujuan penyuluh yang berbeda dengan tujuan sasarannya.
b.  Perbedaan latar belakang: pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya penyuluh dengan sasarannya.
Sehubungan dengan itu, Cooley (1971) memberikan acuan untuk mengefektifkan komunikasi dalam penyuluhan, yaitu dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1.   Harus diupayakan adanya kepentingan yang sama (overlaping of interest) antara kebutuhan yang dirasakan oleh penyuluh dan masyarakat sasarannya.
2.   Pesan yang disampaikan harus merupakan (salah satu) pemecahan masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat sasarannya.
3.   Komunikator meyakini keunggulan pesan yaang disam-paikan, dan ia memiliki keyakinan bahwa masyarakat sangat mengharapkan bantuannya.
4.   Pesan yang disampaikaan harus mengacu kepada kepuasan dan perbaikan mutu hidup kedua belah pihak (terutama bagi sasarannya).
Di samping itu, Katz (Mardikanto, 1983) menekankan agar setiap penyuluh harus mampu menciptakan suasana (dalam dirinya sendiri maupun terhadap masyarakat sasarannya):
1.   Berkurangnya "ego defensif" (mepertahankan keakuan sebagai yang serba paling hebat). Sebab, di dalam penyuluhan yang pada hakekatnya merupakan suatu proses pendidikan orang dewasa, masing-masing pihak dituntut untuk mau membuka dialog dalam arti mau menerima pendapat orang lain, dan menempatkan dirinya sejajar atau bahkan berada di bawah orang lain.Tanpa adanya kesediaan untuk menerima pendapat orang lain, mustahil dialog itu dapat berlangsung dengan baik.
2.   Berkurangnya "value expresif" (mempertahankan nilai-nilai yang dianutnya secara kaku). Sebagai proses komunikasi, dialog yang berlangsung di dalam penyuluhan harus dilakukan dengan kesediaan masing-masing pihak yang berkomunikasi untuk beremphati (dalam arti mampu memahami latar belakang sosial budaya dan jalan pikiran serta sudut pandang orang lain).
3.   Berkembangnya sikap "utilitarian" mencari kebersamaan dan tumbuh berkembangnya keinginan menambah pengetahuan (knowledge). Artinya, selama proses penyuluhan, di samping mengembangkan sikap kebersamaan (sederajat, saling membutuhkan, saling berbagi pengalaman) juga masing-masing pihak harus mengembangkan sikap untuk selalu ingin belajar atau menambah pengetahuannya dari pihak lain.

1.  HAL YANG HARUS DIMILIKI OLEH SEORANG PENYULUH

Penyuluh sebagai komunikator dalam sebuah penyuluhan adalah orang yang tugasnya menyampaikan pesan, apakah itu pesan pembangunan dalam artian yang lebih umum ataupun pesan yang sifatnya pribadi untuk mengubah perilaku petani. Tugas komunikator adalah berkomunikasi kepada komunikan. Yuhana, dkk. (2008) menyatakan terdapat paling tidak empat factor yang ada pada sumber yang dapat meningkatkan ketepatan komunikasi, yaitu: keterampilan berkomunikasi, sikap mental, tingkat pengetahuan, dan posisi dalam system social budaya.
Keterampilan berkomunikasi merupakan salah satu factor yang melekat pada diri seorang penyuluh. Dalam komunikasi verbal diperlukan keterampilan berbicara dan menulis, mendengarkan dan membaca, dan berpikir serta bernalar. Komunikator yang berbicara dengan baik akan sangat menarik perhatian komunikan. Komunikator juga harus mampu menulis dan membaca dengan baik, misalnya saat menyampaikan pesan dengan metode mengajar. Kemampuan dalam berpikir dan bernalar juga merupakan kemampuan yang harus dimiliki seorang komunikator dalam penyampaian pesannya. Keterampilan berkomunikasi yang dimiliki oleh seorang penyuluh sangat mempengaruhi penampilannya ketika sedang mengadakan komunikasi. Soekartawi (2008) menyatakan bahwa sering dijumpai bahwa penampilan komunikator ditentukan oleh kredibilitas yang mereka miliki. Seseorang yang mempunyai gelar di bidang pertanian sering diasumsikan mempunyai kredibilitas yang tinggi dalam prioritas pekerjaan melakukan komunikasi. Di lain pihak orang yang berpengalaman juga mempengaruhi kredibilitas dalam sebuah komunikasi. Misalnya, petugas penyuluh yang sudah berpengalaman bekerja sebagai penyuluh akan lebih dipercayai sebagai penyuluh yang handal dibanding dengan orang yang nelum pernah  melaksanakan penyuluhan atau orang yang baru pertama sekali melaksanakan penyuluhan. Soekarwati (2008) juga menyatakan dalam praktek komunikasi, komunikator yang mempunyai kredibilitas tinggi dalam melakukan komunikasi pertanian sering ditentukan oleh berbagai factor, antara lain:
1.   Latar belakang pendidikan, pengetahuan dan pengalaman.
2.   Karakter yang dipunyai.
3.   Cinta dan bangga akan pekerjaan melakukan komunikasi yang diikuti ketekunan dalam melakukan pekerjaannya.
4.   Kepribadian yang ia miliki
5.   Tujuan melakukan komunikasi.
6.   Cara penyampaian. Penyampaian informasi dengan peraga, atau menggunakan gerak tangan atau alat lain sehingga mampu memikat pendengarnya.
Seorang penyuluh agar memiliki kredibilitas saat melaksanakan penyuluhan harus memiliki latar belakang pendidikan di bidang penyuluhan, memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang penyuluhan. Penyuluh juga harus memiliki karakter yang rela menyuluh, cinta dan bangga akan penyuluhan, memiliki kepribadian yang empatis, memiliki tujuan dan memiliki cara penyampaian yang menarik.
Sikap mental akan mempengaruhi komunikan dalam berkomunikasi. Sikap mental berhubungan dengan rasa percaya diri. Dalam membentuk sikap mental yang baik dalam berkomunikasi seorang  komunikator harus percaya diri. Selain percaya diri, komunikator juga harus menguasai pesan yang akan disampaikan, sehingga komunikator benar-benar siap dalam melakukan penyuluhan. Sikap mental yang baik dapat  dibentuk dari latihan berbicara di depan umum dengan latihan di depan cermin.
Tingkat pengetahuan, meliputi pengetahuan penyuluh mengenai materi atau isi komunikasi, ciri-ciri penerima, cara-cara berkomunikasi. Pengetahuan tentang materi menentukan ketepatan komunikasi. Mosher dalam Machmud (2006) menyatakan penyuluh pertanian harus menguasai lima pengertian yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyuluhan. Kelima pengertian tersebut adalah pengertian tentang produksi tanaman dan ternak, pengertian usaha tani sebagai perusahaan, pengertina tentang pembangunan pertanian, pengertian tentang petani dan bagaimana mereka belajar, dan pengertian tentang masyarakat pedesaan. Dengan menguasai kelima kemampuan ini diharapkan penyuluh telah memiliki tingkat pengetahuan yang baik dalam pelaksanaan penyuluhan.
Posisi dalam system social budaya mempengaruhi ketepatan komunikasi. Penyuluh memiliki posisi berbeda dalam system social masyarakat karena berasal dari luar system masyarakat. Penyuluh harus dapat membedakan konteks komunikasi yang berbeda, komunikasi yang dilakukan di kalangan petani yang memiliki strata yang berbeda dalam masyarakat akan memiliki perbedaan dalam hal pilihan kata-kata, saluran dan jenis pesan yang ingin digunakan dalam komunikasi. Bisa dipastikan bahwa penyuluhan yang dilakukan pada konteks strata social yang tinggi yang dalam masyarakat biasanya akan lebih formal dibanding dengan melakukan penyuluhan dengan strata social yang lebih rendah. Seorang penyuluh harus dapat memahami konteks strata sosial penyuluhan sehingga mampu melakukan pendekatan penyuluhan yang paling tepat.

2.   HAL YANG HARUS DIMILIKI OLEH SUBJEK PENYULUHAN (KOMUNIKAN)
Peran komunikan dalam komunikasi adalah sebagai penerima pesan. Dalam penyuluhan, komunikan adalah petani. Yuhana dkk. (2008) menyatakan terdapat paling tidak empat factor yang mempengaruhi keefektifan komunikasi. Keempat factor itu adalah keterampilan berkomunkasi, sikap, tingkat pengetahuan, dan system social budaya komunikan.
Keterampilan berkomunikasi yang perlu dikuasai oleh penerima adalah keterampilan mendengarkan dan membaca, berbicara dan menulis, berpikir dan bernalar. Subjek penyuluhan dalam hal ini petani biasanya tidak mengerti akan hal  yang harus dimiliki seorang komunikan ini dalam sebuah penyuluhan karena keterbatasan pendidikan formal. Kebanyakan dari petani belajar secara autodidakdi dalam lingkungan. Keterampilan berbicara biasanya diajarkan oleh orang tua kepada anak-anaknya ataupun melalui budaya yang ada di dalam budayanya yang mengajarkan bagaimana cara mendengarkan dan berbicara yang baik. Kemampuan membaca dan menulis petani juga biasanya terbatas belajar sendiri, sehingga kemampuan mereka tidak sampai kepada peraturan formal yang sempurna tentang membaca dan menulis. Dari keadaan ini peran komunikator sangat besar dalam mengubah perilaku mendengarkan, berbicara yang terstruktur, membaca dan menulis, serta berpikir dan benalar yang logis dalam pelaksanaan pertanian ataupun saat berkomunikasi tentang pertanian.
Seperti halnya pada sumber, maka sikap terhadap diri sendiri, terhadap sumber, dan terhadap materi atau isi komunikasi juga mempengaruhi ke-efektifan komunikasi. Dalam hal ini, bagaimana komunikan menerjemahkan pesan yang disampaikan oleh komunikator ditentukan oleh sikapnya terhadap diri sendiri, terhadap sumber dan sikap terhadap isi pesan. Komunikan sebagai penerima pesan harus memiliki sikap yang positif dalam menilai kemampuan diri sendiri, menerima secara jujur ketidakmengertian apabila pesan yang diterimanya kurang jelas atau tidak dimengerti sama sekali dan mengkomunikasikan keadaan mereka kepada komunikator, sehingga tidak menghasilkan kesalahan dalam menangkap pesan penyuluhan dengan baik. Kejujuran ini perlu diwujudkan dengan melontarkan pertanyaan pertanyaan sesuai dengan hal yang kurang dimengerti. Sikap terbaik yang terlihat dalam proses komunikasi yang menjadi salah satu indikasi kesamaan makna antara komunikator dan komunikan. Dengan timbulnya kesadaran partisipasi dalam komunikasi dan tidak hanya sebagai pendengar yang pasif, tetapi menjadi pendengar yang aktif dalam sebuah komunikasi.
Peran komunikan dalam penyuluhan sebagai pendengar sangat besar. Peran komunikan ini terkait dengan perannya sebagai penerima pesan. Komunikan harus mampu menjadi pendengar yang baik sehingga dapat memiliki makna yang dimaksud oleh komunikator yang dapat menghasilkan komunikasi yang efektif. Beberapa petunjuk untuk meningkatkan kemampuan mendengar (Nisbet, 1988 dalam Tubbs dan Moss, 1996):
1.   Menyediakan waktu
2.   Jangan keasyikan dengan diri sendiri
3.   Bersiap untuk mendengarkan
4.   Bersabar
5.    Memperhatikan dengan baik
6.   Jangan bereaksi berlebihan terhadap pesan
7.   Focus pada isi pesan
8.   Jangan berpura-pura mendengarkan
Petunjuk ini tidak dimiliki sepenuhnya oleh petani, sehingga penyuluh berperan menyadarkan petani dengan mengajarkan petunjuk ini kepada petani, agar tercipta keadaan komunikan yang sangat mendukung terciptanya komunikasi yang efektif. Petunjuk ini juga harus dimiliki oleh seorang penyuluh untuk ke-efektifan mendengarkan. Namun, tidak semua petani tidak memiliki kemampuan mendengar yang baik, maka penyuluh harus mampu memetakan kemampuan subjek penyuluhan agar dapat menentukan kemampuan yang belum dimiliki komunikan dalam berkomunikasi yang baik.
Tingkat pengetahuan komunikan juga hal yang sangat mempengaruhi ke-efektifan komunikasi dari factor komunikan. Dalam hal ini pengetahuan yang harus dimiliki oleh komunikan adalah tentang sumber komunikasi, bahasa yang digunakan dalam komunikasi, tulisan, isyarat yang dipergunakan komunikator dan pengetahuan dasar yang menyangkut materi penyuluhan. Semakin tinggi pengetahuan tentang materi atau isi pesan yang ditransaksikan dalam sebuah penyuluhan akan semakin tinggi ke-efektifan sebuah komunikasi penyuluhan. Dalam mendukung komunikasi efektif sebaiknya penyuluhan dimulai dari hal-hal yang diketahui oleh komunikan.
Semua factor di atas berpengaruh dengan mempertimbangkan hubungan antara sumber dengan penerima ini dalam kaitannya dengan keadaan system social budaya di mana komunikasi sedang berlangsung. Status sosial komunikan, keanggotaannya dalam kelompok, dan aturan berperilaku mempengaruhi cara komunikan menerima dan menginterpretasikan pesan yang diterimanya. Komunikan juga harus mengetahui budaya komunikator, sehingga antara komunikator dan komunikan saling menyesuaikan diri, maka komunikasi yang partisipatif dapat tercipta.

3.   PENGOLAHAN PESAN
Pesan dalam penyuluhan pertanian adalah semua informasi yang bertujuan untuk membantu petani dalam memperbaiki metode dan teknik pertaniannya, guna meningkatkan efisiensi produksi dan pendapatan mereka, memperbaiki meningkatkan tingkat kehidupan dan meningkatkan tingkat pendidikan dan social masyarakat desa pada umumnya. “Ada beberapa factor pesan yang mempengaruhi sebuah komunikasi yang efektif, meliputi kode pesan, isi pesan, dan perlakuan terhadap pesan” (Yuhana, dkk. 2008).
“Kode pesan adalah setiap kelompok symbol yang berstruktur dan bermakna bagi sejumlah orang. Contohnya adalah bahasa” (Yuhana dkk. 2008). Symbol ini dipertukarkan dalam penyuluhan. Tidak adanya kesamaan makna pengunaan simbol dalam penyuluhan akan menimbulkan masalah yang berakhir pada tidak efektifnya komunikasi. Sebagai penyuluh yang memiliki peran sebagai pemberi informasi dalam bentuk symbol-simbol, sebaiknya menggunakan symbol-simbol yang memiliki makna yang sama dengan subjek penyuluhan. Pengetahuan akan symbol-simbol yang sering digunakan oleh petani akan sangat membantu penyuluh dalam menyampaikan pesan penyuluhan. Dengan kata lain penyuluhan dengan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti petani akan sangat membantu petani dapam menangkap pesan penyuluhan. Cara yang lain adalah dengan menggunakan sumber daya local untuk menjelaskan suatu hal atau dengan menggunakan ilustrasi yang mudah dipahami petani.
Isi pesan adalah bahan yang telah dipilih oleh penyuluh untuk mengekspresikan tujuan penyuluhan. Isi pesan berupa informasi tentang penyuluhan. Dalam penyuluhan, pesan yang cenderung mereka terima dalam penyuluhan adalah pesan yang berdasarkan kebutuhan mereka. Menurut Soekartawi (1988) isi pesan dalam komunikasi pertanian dapat berupa informasi tentang:
1.   Bagaimana meningkatkan produksi pertanian
2.   Bagaimana memlihara lahan agar lahan terhindar dari erosi dan tetap subur
3.   Bagaimana perlakuan pascapanen yang baik
4.   Bagaimana adopsi teknologi yang baru harus dilakukan
5.   Bagaimana melaksanakan kerjasama kelompok
6.   Bagaimana meningkatkan pendapatan rumah tangga petani
7.   Bagaimana berpartisipasi dalam kegiatan pedesaan, dan sebagainya.
Hal-hal tersebut di atas adalah isi pesan yang lazimnya disampaikan oleh seorang penyuluh.  Dengan mengadakan pertukaran pesan yang meliputi informasi seperti yang disebutkan di atas, dapat meningkatkan kesejahteraan petani dengan memahami kebutuhan mereka yang sebenarnya yang dapat meningkatkan motivasi mereka untuk menerima apa yang diajarkan oleh penyuluh.
Perlakuan terhadap pesan adalah keputusan yang diambil oleh penyuluh dalam memilih dan menyusun kode  dan isi pesan. Soekartiwi (1988) menyatakan hal perlu diingat dalam komunikasi adalah bahwa keberhasilan suatu komunikasi akan terjadi kalau ada pertisipasi antara kedua belah pihak, komunikator dan komunikan. Komunikator harus meningkatkan kemampuan dalam memberlakukan pesan se-kreatif mungkin tanpa menghilangkan atau mengurangi makna yang dimaksud agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh komunikan dan memiliki makna yang sama dengan yang dimaksud oleh komunikator sehingga subjek penyuluhan menerapkannya dalam kehidupannya.






VI.       SALURAN KOMUNIKASI DALAM PENYULUHAN

Saluran komununikasi dalam penyuluhan pertanian diartikan sebagai media yang digunakan untuk meneruskan pesan dari penyuluh kepada petani sebagai subjek penyuluhan. Dalam komunikasi tatap muka, indera penglihatan, pendengaran, dan perabaan adalah tiga indera yang paling sering menerima rangsangan atau pesan penyuluhan.
Rogers dan Shoemaker dalam Machmud menyatakan bahwa saluran interpersonal memungkinkan terjadinya komunikasi efektif …. Hal ini dimungkinkan oleh dua alasan utama. Pertama, komunikasi interpersonal memberikan pertukaran komunikasi dua arah, di mana individu atau partisipan komunikasi dapat menjamin adanya kejelasan atau bisa memberikan tambahan informasi tentang inovasi dari orang lainnya secara langsung melalui suatu jaringan komunikasi. Kedua, komunikasi interpersonal mampu membujuk individu untuk membentuk atau merubah sikap secara kuat, khususnya sikap positif dan mau mengadopsi inovasi. Saluran komunikasi ini adalah saluran komunikasi tatap muka yang dapat meningkatkan umpan balik yang sangat mendukung dalam penciptaan komunikasi partisipatif. Dalam komunikasi penyuluhan saluran yang lazim digunakan adalah saluran tatap muka yang sangat mendukung terjadinya komunikasi penyuluhan yang efektif.
Komunikasi tatap muka merupakan komunikasi bersaluran banyak. Dalam waktu yang bersamaan, penyuluh mengolah informasi penyuluhan dengan sejumlah saluran yang berbeda. Secara umum, semakin banyak saluran yang digunakan dalam komunikasi, semakin banyak jumlah rangsangan komunikasi yang disampaikan. Semakin banyaknya rangsangan komunikasi, makna pesan yang ingin disampaikan oleh penyuluh akan semakin sama dengan yang di-interpretasikan oleh subjek penyuluhan. Seorang penyuluh juga perlu mempertimbangakan tipe pendekatan sebagai saluran komunikasi yang dilakukan dengan jenis metode penyuluhan yang sangat mempengaruhi ke-efektifan penyampaian pesan penyuluhan.
Tabel 1. Hubungan Tipe Pendekatan (saluran komunikasi) dengan Jenis Metode Penyuluhan
Tipe Pendekatan
Jenis Metode Penyuluhan
Per-orangan
Demonstrasi (demonstrasi hasil, demonstrasi cara, demplot, demonstrasi area)
Per-orangan dan kelompok
Ceramah umum, diskusi, informasi dari surat kabar, siaran radio dan TV, pameran, karyawisata, widyawisata, dan demonstrasi.
Massal
Informasi dari surat kabar, majalah,poster, leaflet siaran radio dan TV
Massal dan kelompok
Ceramah umum, diskusi, informasi dari kelompok, majalah, poster, leaflet, siaran radio dan TV, pameran dan widyawisata.
Sumber: Machmud SM. 2006





DAFTAR PUSTAKA

Machmud SM. 2006. Penyuluhan Pertanian: Bahan Ajar Kuliah Ilmu penyuluhan. IPB.
Mardikanto, Totok. 1992. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia: UI Press.
Tubs,Steward L dan Sylvia Moss. 1996. Human communication. Prinsip-Prinsip Dasar. Terjemahan oleh Dedy Mulyana dan Gembirasari. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Turindra, Azis. 2011. Proses Komunikasi Dalam Penyuluhan.  file:///D:/proses-komunikasi-dalam-penyuluhan.html
Yogasuria, Ermina. 2010. Komunikasi Dalam Penyuluhan Pertanian.file:///D:/komunikasii%20dlm%20penyuluhan%20pert.htm
Yuhana Ida, dkk. 2008. Dasar-Dasar Komunikasi: Bahan kuliah. IPB.